Visualisasi waktu panggilan shalat
Dalam tradisi Islam, azan merupakan panggilan suci yang mengumumkan tibanya waktu shalat fardhu. Namun, sebelum azan utama dikumandangkan oleh muadzin, terdapat amalan sunnah berupa pembacaan tertentu yang dianjurkan, terutama saat masuk waktu shalat. Amalan ini bertujuan untuk mengingatkan jamaah lebih awal dan mempersiapkan hati mereka. Memahami bacaan muadzin sebelum adzan adalah bagian penting dari tata cara syiar Islam yang benar.
Azan memiliki kedudukan yang sangat mulia. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa muadzin akan mendapatkan ampunan dosa sejauh jangkauan suaranya, dan semua yang mendengar azan, baik manusia, jin, maupun benda lainnya, akan menjadi saksi baginya kelak di Hari Kiamat. Oleh karena itu, setiap aspek dari prosesi azan, termasuk bacaan sebelum azan, harus dilaksanakan dengan khusyuk dan sesuai tuntunan.
Secara umum, bacaan yang dianjurkan sebelum azan utama (yaitu sebelum lafaz 'Allahu Akbar' yang pertama) adalah lafaz yang dikenal sebagai 'at-Tathawwub' atau 'as-Shalawat al-Ula' (pujian pertama). Meskipun terdapat perbedaan kecil dalam lafaz yang diriwayatkan oleh berbagai mazhab, intinya adalah memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ.
Bacaan yang paling umum dan diakui sebagai sunnah yang kuat dilakukan oleh muadzin adalah ucapan tertentu yang dilakukan setelah mengucapkan niat, namun sebelum memulai lafaz azan yang sesungguhnya (yaitu 'Allahu Akbar' yang pertama). Beberapa riwayat menyebutkan bahwa muadzin dianjurkan untuk mengucapkan shalawat terlebih dahulu.
Salah satu bacaan yang sering diamalkan adalah:
Transliterasi: *Ash-shalatu was-salamu 'alaika ya Rasulallah*
Artinya: "Shalawat dan salam semoga tercurah kepadamu wahai Rasulullah."
Tujuan dari membaca shalawat ini adalah meneladani praktik yang dilakukan oleh sahabat Bilal bin Rabah RA, di mana beliau seringkali mengawali panggilannya dengan pujian kepada Nabi Muhammad ﷺ. Praktik ini menegaskan bahwa panggilan salat tidak hanya sekadar pengumuman waktu, tetapi juga ajakan untuk mengingat Allah dan Rasul-Nya.
Mengapa shalawat diucapkan sebelum azan? Ada beberapa hikmah di baliknya:
Penting untuk dicatat bahwa amalan membaca shalawat sebelum azan ini berbeda dengan bacaan yang diucapkan sebelum iqamah (panggilan kedua untuk segera masuk shalat). Sebelum iqamah, umumnya muadzin atau imam akan mengucapkan lafaz yang berbeda, seringkali berbunyi:
اَلصَّلاَةُ أَقَامَتْ
Transliterasi: *Ash-shalatu qâmat* (Shalat telah didirikan).
Ini menunjukkan perbedaan fokus antara azan (pengumuman awal waktu) dan iqamah (pemberitahuan bahwa shalat akan segera dimulai).
Selain bacaan spesifik sebelum azan, muadzin dituntut memiliki adab yang sempurna. Ini termasuk:
Meskipun lafaz shalawat sebelum azan merupakan sunnah yang dianjurkan, ketiadaan bacaan ini tidak membatalkan sahnya azan. Namun, bagi seorang muadzin yang ingin meraih kesempurnaan pahala dan mengikuti teladan para salaf, mengamalkan bacaan muadzin sebelum adzan adalah langkah yang sangat dianjurkan untuk menyempurnakan ibadah panggilan ini.
Setelah azan selesai dikumandangkan, muadzin dianjurkan untuk diam sejenak, kemudian membaca doa khusus setelah azan. Doa ini adalah pelengkap dari rangkaian panggilan yang dimulai dengan pujian sebelum azan.
Dengan mengaplikasikan seluruh tata cara ini—mulai dari shalawat pembuka, azan yang jelas, hingga doa penutup—muadzin telah melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya, menjadikannya bagian yang mulia dari syiar keagamaan umat Islam.