Ilustrasi Ketekunan dan Amal
Setiap ayat dalam Al-Qur'an mengandung petunjuk dan pelajaran hidup yang sangat mendalam bagi umat Islam. Salah satu ayat yang sering menjadi sorotan terkait pentingnya usaha dan tanggung jawab adalah Surat At-Taubah ayat 105. Ayat ini secara lugas memerintahkan seorang Muslim untuk beramal (bekerja/berusaha) dan menjanjikan bahwa hasil usahanya akan diperiksa oleh Allah SWT.
"Dan katakanlah: 'Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu (pula) Rasul-Nya dan orang-orang mukmin...' (QS. At-Taubah: 105)
Makna Perintah 'Bekerjalah Kamu'
Perintah dalam ayat ini bukan sekadar saran, melainkan sebuah instruksi fundamental mengenai etos kerja dalam Islam. Kata kerja dalam bahasa Arab yang digunakan memiliki penekanan yang kuat, menuntut adanya aksi nyata. Ini menolak segala bentuk kemalasan, sikap menggantungkan nasib sepenuhnya pada takdir tanpa adanya ikhtiar (usaha).
Contoh perilaku surat At-Taubah ayat 105 yang paling mendasar adalah sikap proaktif. Seorang mukmin sejati tidak menunggu rezeki datang dalam keadaan pasif. Ia harus menjadi agen perubahan dalam lingkungannya, baik dalam ranah spiritual, ekonomi, maupun sosial. Jika ia seorang petani, ia harus mengolah ladangnya dengan baik; jika ia seorang pelajar, ia harus giat belajar; jika ia seorang pemimpin, ia harus memimpin dengan amanah.
Sistem Pengawasan Ilahi: Allah, Rasul, dan Mukminin
Poin krusial kedua dari ayat ini adalah jaminan bahwa setiap pekerjaan akan diawasi. Pengawasan ini berlapis, mencakup tiga entitas penting:
- Allah SWT: Pengawasan tertinggi yang meliputi niat, proses, dan hasilnya. Allah mengetahui apa yang tersembunyi di hati.
- Rasul-Nya (Nabi Muhammad SAW): Rasul adalah teladan sempurna dalam bekerja. Ketaatan pada ajaran Rasul menjamin bahwa pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan syariat.
- Orang-orang Mukmin: Adanya pengawasan dari sesama mukmin menciptakan sistem kontrol sosial (amar ma'ruf nahi munkar) dan mendorong integritas dalam berinteraksi dan bekerja.
Perilaku yang lahir dari kesadaran ini adalah kerja keras yang disertai kejujuran (Amanah). Ketika seseorang tahu bahwa pekerjaannya dilihat oleh Tuhannya, ia cenderung menghindari korupsi, mengurangi cacat produk, dan tidak menipu mitra kerjanya.
Implikasi Etos Kerja Modern
Dalam konteks kekinian, ayat 105 At-Taubah memberikan landasan kuat bagi pengembangan ekonomi Islam dan etos profesionalisme Muslim. Perilaku yang dicerminkan meliputi:
- Profesionalisme Tinggi: Melakukan pekerjaan sebaik mungkin, bukan sekadar asal selesai. Kualitas adalah cerminan iman.
- Tanggung Jawab Penuh: Mengakui bahwa kegagalan bukan semata-mata nasib, melainkan bisa jadi karena kurangnya ikhtiar atau kesalahan dalam perencanaan.
- Orientasi Akhirat dalam Duniawi: Setiap aktivitas duniawi, selama dilakukan dengan niat yang benar, dianggap sebagai ibadah. Tidak ada pemisahan kaku antara urusan agama dan urusan dunia (kerja).
Keikhlasan sebagai Bahan Bakar Utama
Meskipun ayat ini menekankan pada perbuatan nyata, niat (ikhlas) tetap menjadi pondasi. Bagaimana jika seseorang bekerja keras namun hanya mencari pujian manusia? Ayat ini menyiratkan bahwa pengawasan oleh Rasul dan orang mukmin bertujuan memastikan amal tersebut mendekati kualitas yang diridai Allah, yang mana keikhlasan adalah syarat utamanya. Jika niat sudah murni karena mencari ridha Allah, maka pekerjaan yang dihasilkan akan bertahan lama nilainya, bahkan ketika pujian manusia telah sirna.
Oleh karena itu, mengamalkan contoh perilaku surat At-Taubah ayat 105 berarti membangun karakter pekerja keras, bertanggung jawab, jujur, dan senantiasa merasa diawasi oleh Dzat yang Maha Melihat. Ini adalah resep baku untuk mencapai kesuksesan sejati, baik di dunia maupun di akhirat.
Semoga kita semua senantiasa menjadi hamba yang rajin beramal saleh dan ikhlas dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan.