Dua nutrisi mikro yang sering kali bekerja bersama dalam harmoni untuk menjaga fungsi tubuh adalah **Asam Folat** (Vitamin B9) dan **Vitamin B12** (Kobalamin). Keduanya memainkan peran fundamental, terutama dalam sintesis DNA dan pembentukan sel darah merah yang sehat. Meskipun tubuh kita membutuhkan keduanya, sumbernya berbeda, dan defisiensi salah satunya dapat menimbulkan masalah kesehatan serius yang saling berkaitan.
Mengapa Keduanya Penting?
Fungsi utama gabungan antara asam folat dan B12 adalah pada proses pembelahan sel. Tanpa kedua vitamin ini, produksi sel darah merah yang matang akan terhambat, yang berujung pada kondisi yang dikenal sebagai anemia megaloblastik. Dalam kondisi ini, sel darah merah menjadi besar, belum matang, dan tidak mampu membawa oksigen secara efisien ke seluruh jaringan tubuh.
Peran Spesifik Asam Folat (B9)
Asam folat sangat penting selama periode pertumbuhan cepat, seperti pada masa kehamilan dan perkembangan janin. Kekurangan folat pada awal kehamilan telah terbukti meningkatkan risiko cacat tabung saraf (neural tube defects) pada bayi, seperti spina bifida. Selain itu, folat membantu dalam metabolisme asam amino dan menjaga kesehatan jantung dengan mengatur kadar homosistein, sebuah asam amino yang jika tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
Peran Spesifik Vitamin B12 (Kobalamin)
Vitamin B12 memiliki peran unik karena mengandung mineral kobalt, menjadikannya satu-satunya vitamin yang mengandung mineral. B12 sangat krusial untuk kesehatan sistem saraf. Ia bertanggung jawab untuk pembentukan selubung mielin, yaitu lapisan pelindung di sekitar serabut saraf. Kerusakan mielin akibat defisiensi B12 dapat menyebabkan gejala neurologis permanen seperti kesemutan, mati rasa, kesulitan berjalan, hingga gangguan kognitif.
Hubungan Ketergantungan yang Tak Terpisahkan
Meskipun asam folat dapat diubah menjadi bentuk aktifnya (THF) tanpa B12, proses metilasi siklus folat—yang sangat penting untuk sintesis DNA—membutuhkan bantuan B12. Jika B12 kekurangan, folat akan terperangkap dalam bentuk yang tidak dapat digunakan tubuh, sebuah fenomena yang dikenal sebagai 'perangkap folat'. Ironisnya, jika seseorang mengalami anemia akibat kekurangan B12, pemberian suplemen asam folat dalam dosis tinggi dapat memperbaiki tampilan sel darah merah (mengatasi anemia) tetapi **tidak akan memperbaiki kerusakan saraf** yang diakibatkan oleh kekurangan B12. Inilah mengapa diagnosis yang tepat sangat penting.
Sumber Makanan dan Risiko Defisiensi
Sumber Asam Folat
- Sayuran berdaun hijau gelap (bayam, kangkung)
- Kacang-kacangan dan polong-polongan (kacang merah, lentil)
- Jeruk dan buah sitrus
- Hati sapi
- Produk sereal yang difortifikasi (di beberapa negara)
Sumber Vitamin B12
Perlu dicatat, Vitamin B12 **hampir secara eksklusif ditemukan dalam produk hewani**.
- Daging merah dan unggas
- Ikan dan kerang-kerangan
- Produk susu (susu, keju)
- Telur
- Makanan yang difortifikasi (untuk vegan/vegetarian)
Kelompok yang paling berisiko mengalami defisiensi B12 adalah lanjut usia (karena penurunan produksi asam lambung yang dibutuhkan untuk absorpsi) dan vegan atau vegetarian ketat yang tidak mengonsumsi suplemen atau makanan yang difortifikasi. Sementara itu, kebutuhan asam folat meningkat drastis selama kehamilan.
Kesimpulan
Asam folat dan Vitamin B12 adalah mitra kerja dalam menjaga integritas genetik dan kesehatan sistem saraf. Memastikan asupan yang memadai dari berbagai sumber makanan, serta pertimbangan suplemen berdasarkan kebutuhan spesifik usia dan kondisi kesehatan (terutama bagi ibu hamil dan vegetarian), adalah langkah proaktif untuk mendukung metabolisme seluler yang optimal dan mencegah anemia serta komplikasi neurologis yang merugikan.