Tafsir Surat At-Taubah Ayat 90-100

90-100 Kebenaran dan Alasan Mereka

Ilustrasi representasi keadilan dan pertimbangan di antara kaum yang berbeda.

Mukadimah Ayat 90-100

Sepuluh ayat terakhir dari Surat At-Taubah (Surah ke-9) ini merupakan bagian krusial yang membahas mengenai sikap kaum munafik (orang-orang yang mengaku beriman tetapi hatinya mengingkari) terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya, terutama dalam konteks jihad dan penolakan untuk berperang. Ayat-ayat ini menyoroti perbedaan mendasar antara orang mukmin sejati dan orang munafik, serta konsekuensi dari pilihan hidup mereka.

Ayat 90 hingga 100 secara spesifik menjelaskan alasan-alasan yang dibuat-buat oleh kaum munafik untuk menghindari medan perang (Tabuk), dibandingkan dengan sikap orang-orang mukmin sejati yang menerima panggilan jihad dengan ikhlas. Pemahaman mendalam terhadap ayat-ayat ini memberikan pelajaran penting tentang ketulusan iman, kejujuran, dan pentingnya persaudaraan dalam Islam.

Teks dan Terjemahan Ayat Pilihan

جَاءَ الْمُعَذِّرُونَ مِنَ الْأَعْرَابِ لِيُؤْذَنَ لَهُمْ وَقَعَدَ الَّذِينَ كَذَّبُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ وَسَيُصِيبُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (90)

90. Orang-orang Badui yang meminta izin (untuk tidak ikut berperang) datang kepadamu (wahai Muhammad), agar mereka diberi izin (untuk tinggal), dan orang-orang yang mendustakan Allah dan Rasul-Nya tinggal di rumah mereka. Akan ditimpa azab yang pedih bagi orang-orang kafir di antara mereka.

Ayat 90 membuka pembahasan dengan menggambarkan kedatangan sekelompok Badui (penduduk gurun) yang mencari alasan untuk tidak ikut serta dalam perang Tabuk. Alasan mereka adalah meminta izin untuk tinggal karena kondisi mereka. Namun, Allah mengungkapkan bahwa di antara mereka ada yang memang telah mendustakan janji kepada Allah dan Rasul-Nya. Bagi mereka yang kafir di antara mereka, azab pedih telah disiapkan.

لَيْسَ عَلَى الضُّعَفَاءِ وَلَا عَلَى الْمَرْضَىٰ وَلَا عَلَى الَّذِينَ لَا يَجِدُونَ مَا يُنْفِقُونَ حَرَجٌ إِذَا صَدَقُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ مَا عَلَى الْمُحْسِنِينَ مِنْ سَبِيلٍ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (91)

91. Tidak ada halangan bagi orang-orang yang lemah, orang-orang yang sakit, dan orang-orang yang tidak mempunyai apa pun untuk dibelanjakan (untuk tidak ikut berperang), apabila mereka tulus kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada jalan untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Setelah menjelaskan kelompok yang mencari alasan palsu, Allah kemudian memberikan pengecualian yang adil. Ayat 91 ini menegaskan bahwa orang-orang yang lemah fisiknya (karena usia atau penyakit) serta mereka yang benar-benar tidak mampu secara finansial, tidak dikenakan dosa atau halangan untuk tidak ikut jika niat mereka tulus kepada Allah dan Rasul-Nya. Prinsip keadilan dan kemudahan dalam syariat Islam ditekankan di sini: penilaian terletak pada ketulusan hati (*sidq*).

Perbedaan Antara Orang Mukmin Sejati dan Munafik

Ayat-ayat selanjutnya (92-96) membandingkan respons dua kelompok yang berbeda ketika diperintahkan berjihad di jalan Allah.

Golongan yang Dimaafkan Karena Ketulusan (Ayat 92)

Ayat 92 menjelaskan bahwa orang-orang mukmin yang datang kepada Nabi dengan meminta izin untuk tidak berangkat karena keadaan mereka yang sebenarnya, lalu diperintahkan untuk tinggal, adalah kelompok yang dimaafkan. Mereka datang dengan jujur, tidak menyembunyikan kondisi mereka. Ini adalah kontras tajam dengan kaum munafik yang mencari alasan untuk menyembunyikan kemunafikan mereka.

Teguran Keras Bagi Kaum Munafik (Ayat 97-100)

Bagian akhir dari sepuluh ayat ini (khususnya 97-100) memberikan peringatan keras bagi kaum Badui Arab yang tinggal di sekitar Madinah yang dikenal sangat keras dalam kekafiran dan kemunafikannya.

الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْمُرْجِفُونَ فِي الْمَدِينَةِ لَنُغْرِيَنَّكَ بِهِمْ ثُمَّ لَا يُجَاوِرُونَكَ فِيهَا إِلَّا قَلِيلًا (60) مَلْعُونِينَ أَيْنَمَا ثُقِفُوا أُخِذُوا وَقُتِّلُوا تَقْتِيلًا (61) (Catatan: Teks yang benar adalah 98-100)

98. Dan di antara orang-orang Badui itu ada yang menganggap apa yang mereka nafkahkan (di jalan Allah) sebagai denda dan menunggu-nunggu datangnya malapetaka menimpa kamu. Biarlah malapetaka itu menimpa mereka sendiri. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

100. Dan orang-orang yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.

Ayat 98 mencela mereka yang melihat infak di jalan Allah sebagai sebuah pemborosan atau beban, dan justru berharap bencana menimpa kaum muslimin. Sementara itu, ayat 100 adalah penutup yang penuh harapan, memberikan kabar gembira kepada para pelopor keimanan—Muhajirin dan Ansar—serta pengikut setia mereka. Allah menjanjikan keridhaan-Nya dan surga yang kekal bagi mereka yang konsisten dalam kebenaran.

Hikmah Pelajaran dari Ayat 90-100

Tafsir Surat At-Taubah ayat 90-100 mengajarkan beberapa poin penting:

  1. Kejujuran Niat (Ikhlas): Islam sangat menghargai ketulusan. Allah membedakan antara mereka yang berhalangan secara syar'i dan jujur, dengan mereka yang pura-pura berhalangan karena kemunafikan atau kebencian.
  2. Prinsip Kemudahan (Taysir): Syariat Islam tidak membebani jiwa yang memang tidak mampu, sebagaimana ditegaskan dalam ayat pengecualian bagi yang lemah, sakit, dan miskin.
  3. Bahaya Kemunafikan: Ayat-ayat ini memberikan peringatan keras tentang konsekuensi memendam kebencian dan mencari celah untuk memecah belah barisan saat umat membutuhkan persatuan.
  4. Ganjaran Bagi yang Konsisten: Puncak ayat adalah janji agung bagi mereka yang berada di garis depan pembela agama (Muhajirin dan Ansar), menunjukkan bahwa komitmen total kepada Allah akan dibalas dengan keridhaan tertinggi.

Sepuluh ayat ini berfungsi sebagai filter moral dan spiritual, memisahkan antara komponen yang loyal dan yang bersifat pengkhianat dalam komunitas Islam pada masa-masa sulit.