Memahami Pesan Keteguhan Iman: Surat At-Taubah Ayat 71

Ilustrasi Simbol Persatuan dan Kepatuhan Sebuah gambar abstrak yang merepresentasikan rantai persatuan (interlocking links) di bawah naungan cahaya (simbol petunjuk Ilahi). T

Surat At-Taubah, yang juga dikenal sebagai Surat Bara’ah (penyatakan pemutusan hubungan), adalah salah satu surat Madaniyah yang sangat menekankan kejelasan batasan antara mukmin sejati dan orang-orang yang mengaku beriman namun memiliki niat yang berbeda. Di tengah pembahasan mengenai prinsip-prinsip penting dalam peperangan dan hubungan sosial, terdapat satu ayat yang memiliki resonansi mendalam mengenai integritas spiritual dan komitmen kolektif:

Surat At-Taubah Ayat 71 (QS. 9:71)

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ أُولَٰئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

"Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka adalah pelindung (auliya') bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."

Prinsip Inti: Saling Melindungi dan Membimbing

Ayat 71 ini adalah fondasi teologis bagi konsep ukhuwah Islamiyah yang aktif. Kata kunci pertama yang patut dicermati adalah "Ba'dhuhum Auliya'u Ba'd" (sebagian mereka adalah pelindung/penolong bagi sebagian yang lain). Ini bukan sekadar persahabatan biasa, melainkan sebuah ikatan spiritual dan struktural yang menempatkan komunitas mukminin sebagai satu kesatuan yang saling mendukung, melindungi, dan menguatkan satu sama lain dalam menghadapi tantangan hidup maupun ideologi yang menyimpang.

Dalam konteks historis turunnya ayat ini, ketika umat Islam harus memisahkan diri secara tegas dari kaum munafik dan musyrikin, penegasan bahwa mukminin saling melindungi menjadi sangat krusial. Perlindungan ini bersifat menyeluruh: melindungi akidah, melindungi kehormatan, dan saling menopang dalam kesulitan ekonomi maupun fisik.

Tanggung Jawab Kolektif: Amar Ma'ruf Nahi Munkar

Setelah menetapkan ikatan perlindungan, ayat ini segera menjelaskan manifestasi praktis dari hubungan "auliya'" tersebut, yaitu melalui kewajiban "Ya'muruuna bil Ma'ruufi wa Yannawna 'anil Munkar". Ini adalah tugas perbaikan sosial yang fundamental dalam Islam. Ma'ruf merujuk pada segala kebaikan, kebenaran, dan apa yang diridhai Allah, sementara Munkar adalah segala bentuk kemungkaran dan keburukan.

Tanggung jawab ini diemban oleh mukminin secara timbal balik, baik laki-laki maupun perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa peran aktif dalam menjaga kemurnian moral dan spiritual masyarakat bukanlah domain satu kelompok saja, melainkan tanggung jawab kolektif yang harus dilaksanakan oleh setiap individu yang terikat dalam iman.

Tiga Pilar Ketaatan (Ibadah dan Kepatuhan)

Lebih lanjut, ayat ini mencantumkan tiga indikator utama yang membuktikan keaslian klaim iman mereka, yang semuanya berpusat pada ketaatan kepada Allah SWT:

  1. Mendirikan Shalat: Hubungan vertikal yang teratur dan disiplin dengan Sang Pencipta.
  2. Menunaikan Zakat: Manifestasi solidaritas horizontal, membersihkan harta, dan memastikan distribusi kesejahteraan sosial.
  3. Mentaati Allah dan Rasul-Nya: Kepatuhan absolut terhadap ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, yang menjadi pedoman hidup di segala aspek.

Ketika pilar-pilar ini terpenuhi, janji ilahi segera menyusul: "Ulaa'ika sayarhamuhumullah" (Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah). Rahmat di sini adalah hasil akhir yang paling didambakan—kasih sayang Ilahi yang mencakup keberkahan di dunia dan keselamatan di akhirat.

Implikasi untuk Kehidupan Kontemporer

Di era modern, di mana individu cenderung mengisolasi diri dan fokus pada kepentingan pribadi, Surat At-Taubah ayat 71 mengingatkan umat Islam akan pentingnya hidup berjamaah dalam bingkai iman. Konsep "auliya'" bukan hanya berlaku dalam urusan ibadah mahdhah (ritual murni), tetapi harus merambah ke urusan publik, pendidikan, ekonomi, dan etika sosial.

Ketika komunitas Islam teguh pada prinsip saling melindungi (tawalli), aktif dalam amar ma'ruf nahi munkar, dan konsisten dalam ritual serta ketaatan, maka rahmat Allah SWT akan tercurah. Keberadaan Allah yang 'Aziz (Maha Perkasa) menegaskan bahwa pertolongan-Nya datang dari posisi kekuatan tertinggi, dan Hakim (Maha Bijaksana) menjamin bahwa setiap ketetapan dan balasan-Nya mengandung hikmah yang sempurna.

Ayat ini menjadi tolok ukur sejati bagi kualitas keimanan kolektif. Iman yang sejati tidak pasif; ia bergerak, berinteraksi, membimbing, dan melindungi sesama orang beriman demi tegaknya nilai-nilai kebaikan yang universal.