Ketika mendengar kata Bali, pikiran seringkali langsung tertuju pada pantai Kuta, Seminyak, atau Ubud. Namun, di balik hiruk pikuk pariwisata utama, tersimpan permata tersembunyi yang menawarkan pengalaman edukatif sekaligus menenangkan, yaitu kawasan konservasi yang berpusat di sekitar Pulau Penyu. Secara administratif, wilayah ini terletak di dekat Teluk Benoa, yang merupakan bagian penting dari Kabupaten Badung, Bali. Kawasan ini sering juga disebut sebagai Pulau Serangan atau area sekitarnya yang menjadi titik fokus upaya pelestarian.
Akses menuju lokasi ini cukup mudah dijangkau dari pusat kota Denpasar maupun kawasan wisata utama. Meskipun berada di gugusan pulau kecil, fungsi utamanya telah bergeser dari sekadar destinasi wisata biasa menjadi pusat penting bagi kelangsungan hidup satwa laut, khususnya penyu. Kehadiran lembaga konservasi di sini menjadikan area Pulau Penyu Bulih Bali sebagai benteng pertahanan terakhir bagi beberapa spesies penyu yang terancam punah.
Fokus utama dari area Pulau Penyu adalah perlindungan dan penetasan telur penyu. Berbagai spesies penyu, termasuk Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), dan Penyu Tempayan (Caretta caretta), secara historis menjadikan pantai-pantai di Bali sebagai tempat bertelur. Namun, karena meningkatnya ancaman habitat dan perburuan, inisiatif konservasi menjadi krusial.
Di pusat konservasi yang beroperasi di dekat Pulau Penyu Bali, para relawan dan ahli bekerja tanpa lelah mengumpulkan telur-telur yang ditemukan di pantai liar. Telur-telur tersebut kemudian dipindahkan ke fasilitas penetasan yang aman, terlindung dari predator dan gangguan manusia. Proses ini meningkatkan persentase keberhasilan tukik (bayi penyu) untuk mencapai usia dewasa. Setelah menetas dan cukup kuat, tukik-tukik ini dilepaskan kembali ke laut dalam upacara adat yang seringkali dibuka untuk umum, memberikan pengalaman tak terlupakan bagi pengunjung yang peduli lingkungan.
Kunjungan ke area Benoa dan Pulau Penyu di Badung bukan hanya tentang melihat pelepasan tukik. Pusat konservasi ini seringkali memiliki penangkaran penyu muda dan dewasa yang sedang dalam masa pemulihan cedera. Pengunjung dapat belajar secara langsung mengenai anatomi penyu, siklus hidup mereka, dan ancaman nyata yang mereka hadapi, mulai dari sampah plastik hingga perubahan iklim. Pengetahuan ini sangat penting untuk meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya menjaga ekosistem laut.
Dukungan dari masyarakat lokal sangat terasa di sini. Masyarakat sekitar, yang dulu mungkin bergantung pada sumber daya laut secara berlebihan, kini berperan aktif sebagai penjaga area penetasan. Kolaborasi antara pemerintah daerah Kabupaten Badung, sektor pariwisata lokal, dan organisasi non-pemerintah membentuk sinergi yang kuat untuk memastikan bahwa warisan alam bahari Bali ini tetap lestari untuk generasi mendatang. Mengunjungi tempat ini berarti turut berinvestasi dalam masa depan satwa ikonik ini.
Meskipun berlokasi di kawasan yang ramai, menemukan pusat konservasi Pulau Penyu Bulih Bali Benoa memerlukan sedikit petunjuk spesifik, karena sering kali terintegrasi dengan kegiatan pelabuhan dan perikanan tradisional. Pastikan Anda memilih operator tur yang kredibel yang bekerja sama langsung dengan pusat konservasi resmi untuk memastikan donasi atau biaya masuk Anda benar-benar mendukung upaya pelestarian.
Saat berkunjung, sangat penting untuk mematuhi aturan yang ditetapkan. Hindari menyentuh penyu secara langsung tanpa pengawasan pemandu, jangan memberi makan penyu dengan makanan yang tidak disarankan, dan yang terpenting, selalu jaga kebersihan area pantai. Upaya menjaga keaslian habitat adalah kontribusi terbesar yang bisa kita berikan kepada upaya konservasi yang telah dilakukan di perairan Kabupaten Badung ini.