Ilustrasi visualisasi bahan bakar dengan nilai oktan spesifik.
Ketika berbicara tentang kendaraan bermotor di Indonesia, istilah bensin premium adalah salah satu yang paling sering terdengar, terutama dalam konteks sejarah dan regulasi bahan bakar di negara ini. Secara fundamental, bensin premium merujuk pada jenis bahan bakar minyak (BBM) yang memiliki nilai oktan yang relatif rendah dibandingkan dengan jenis bensin yang lebih modern seperti Pertamax atau sejenisnya.
Apa sebenarnya yang mendefinisikan sebuah bensin sebagai 'premium'? Kunci utamanya terletak pada Angka Oktan, yang diukur dengan Research Octane Number (RON). Nilai oktan menunjukkan kemampuan bahan bakar untuk menahan tekanan dan panas di dalam ruang bakar mesin tanpa mengalami detonasi (atau yang sering disebut 'ngelitik').
Secara historis, bensin premium di Indonesia dikenal memiliki nilai oktan 88 (RON 88). Angka ini menunjukkan bahwa bahan bakar tersebut paling cocok digunakan untuk mesin dengan rasio kompresi yang lebih rendah. Mesin yang dirancang untuk oktan yang lebih tinggi namun diisi dengan bensin premium berisiko mengalami kerusakan karena pembakaran yang tidak sempurna dan detonasi dini.
Perlu dicatat bahwa seiring perkembangan teknologi mesin dan tuntutan lingkungan, pemerintah Indonesia secara bertahap telah menghapus peredaran bensin premium secara resmi untuk kendaraan pribadi. Penghapusan ini didasarkan pada upaya meningkatkan efisiensi mesin dan menekan emisi gas buang yang lebih berbahaya.
Selain angka oktan yang menjadi pembeda utama, bensin premium memiliki beberapa karakteristik khas yang membedakannya dari bahan bakar nonsubsidi atau beroktan tinggi.
Salah satu isu lingkungan utama terkait bensin premium di masa lalu adalah kandungan sulfur (belerang) yang relatif lebih tinggi. Kandungan sulfur yang tinggi menghasilkan emisi sulfur dioksida (SO2) saat dibakar, yang merupakan kontributor utama hujan asam dan polusi udara. Bahan bakar modern umumnya memiliki standar Euro yang lebih ketat mengenai batas maksimum kandungan sulfur.
Dalam banyak periode, bensin premium identik dengan program subsidi pemerintah. Tujuan subsidi ini adalah untuk menjaga keterjangkauan energi bagi masyarakat luas, terutama pemilik kendaraan roda dua dan angkutan umum. Penetapan harga yang dikontrol oleh pemerintah ini sering kali menjadikannya pilihan yang paling ekonomis di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Namun, keterbatasan ketersediaan dan penghapusan subsidi secara bertahap telah mengubah lanskap penggunaan BBM ini.
Bensin premium adalah bahan bakar yang ditujukan bagi kendaraan dengan teknologi mesin yang lebih tua atau yang memang dirancang spesifik untuk oktan 88. Penggunaan bensin premium pada mobil atau motor keluaran baru yang memiliki rasio kompresi tinggi (misalnya 10:1 ke atas) akan sangat tidak dianjurkan. Mesin modern membutuhkan oktan yang lebih tinggi (biasanya RON 90 ke atas) untuk memastikan pembakaran yang optimal, efisiensi bahan bakar yang lebih baik, dan umur mesin yang lebih panjang. Jika dipaksa menggunakan oktan rendah, komputer mesin (ECU) akan mencoba menyesuaikan timing pengapian, namun performa tetap akan menurun.
Perjalanan bensin premium di Indonesia menunjukkan evolusi kesadaran terhadap kualitas udara dan teknologi otomotif. Ketika standar emisi global meningkat, tekanan untuk meningkatkan kualitas bahan bakar lokal pun semakin kuat. Regulator dan penyedia energi bergeser fokus ke bahan bakar dengan oktan minimal RON 90 (seperti Pertalite, yang menggantikan peran premium di banyak area) dan terus mendorong penggunaan bahan bakar berkualitas tinggi seperti Pertamax series.
Perubahan ini menandakan bahwa bensin premium adalah bagian dari sejarah energi Indonesia yang mulai ditinggalkan demi efisiensi dan mitigasi dampak lingkungan. Meskipun demikian, pemahaman mengenai apa itu bensin premium, khususnya nilai oktannya, tetap krusial bagi pemilik kendaraan lama atau bagi mereka yang ingin memahami sejarah regulasi BBM di Indonesia.
Q: Apakah semua mobil bisa menggunakan bensin premium?
A: Tidak. Mobil modern dengan rasio kompresi tinggi sebaiknya menggunakan bensin dengan oktan minimal 90 atau lebih tinggi untuk menghindari kerusakan mesin dan performa buruk.
Q: Apa bedanya premium dengan bahan bakar nonsubsidi?
A: Perbedaan utamanya adalah nilai oktan (premium umumnya 88), kandungan sulfur, dan status harga (premium seringkali disubsidi, sementara nonsubsidi mengikuti harga pasar).
--- Akhir Artikel ---