Ketika kita membahas tentang hewan ternak seperti sapi, kambing, atau domba, istilah "babat" sering kali muncul. Pertanyaan mendasar yang sering diajukan adalah: Babat adalah bagian dari sistem organ apa? Jawabannya terletak pada keunikan fisiologi pencernaan hewan ruminansia. Babat, atau dalam bahasa ilmiah disebut rumen, merupakan kompartemen pertama dan terbesar dari empat bagian perut yang dimiliki oleh hewan ini.
Hewan ruminansia adalah kelompok mamalia yang memiliki kemampuan luar biasa untuk mencerna serat kasar seperti rumput dan jerami, yang tidak dapat dicerna oleh hewan monogastrik (seperti manusia atau babi) tanpa bantuan mikroorganisme. Babat memainkan peran krusial dalam proses ini, bertindak sebagai wadah fermentasi raksasa.
Secara anatomis, sistem pencernaan ruminansia terbagi menjadi empat bagian utama: rumen (babat), retikulum (sarung/jala), omasum (buku), dan abomasum (lambung sejati). Dari keempatnya, rumen adalah yang paling dominan, mampu menampung volume makanan yang sangat besar—pada sapi dewasa, kapasitasnya bisa mencapai 150 hingga 200 liter.
Dinding rumen memiliki tekstur seperti karpet yang kasar, terdiri dari jutaan tonjolan kecil yang disebut papilae. Papilae ini berfungsi untuk meningkatkan luas permukaan absorpsi nutrisi, terutama asam lemak volatil (VFA) yang dihasilkan dari fermentasi. Babat juga memiliki pergerakan otot yang konstan, yang bertujuan untuk mencampur isi perut dan memfasilitasi proses regurgitasi (memamah biak).
Visualisasi sederhana posisi Babat (Rumen) relatif terhadap bagian perut lainnya.
Fungsi utama babat adalah sebagai tempat fermentasi anaerobik. Di dalam lingkungan yang kaya mikroorganisme—terdiri dari bakteri, protozoa, dan fungi—selulosa dan hemiselulosa yang terkandung dalam pakan kasar dipecah menjadi produk yang lebih sederhana. Proses ini menghasilkan energi yang sangat penting bagi hewan.
Produk sampingan utama dari fermentasi di babat adalah Asam Lemak Volatil (VFA), seperti asetat, propionat, dan butirat. VFA ini kemudian diserap melalui dinding rumen dan menjadi sumber energi utama bagi ruminansia, menggantikan glukosa yang biasa digunakan hewan monogastrik. Sekitar 70% hingga 80% kebutuhan energi hewan berasal dari VFA yang dihasilkan di babat.
Selain produksi energi, mikroorganisme di babat juga mensintesis asam amino esensial dan vitamin B yang diperlukan oleh hewan inang. Ini menunjukkan simbiosis yang harmonis: hewan menyediakan tempat tinggal dan makanan, sementara mikroba menyediakan nutrisi kompleks yang tidak dapat mereka produksi sendiri.
Setelah makanan masuk ke rumen, ia akan terfermentasi sebagian. Ketika hewan ingin beristirahat, ia akan mengalami proses memamah biak. Makanan yang belum tercerna sempurna (bolus) diregurgitasi (dimuntahkan kembali) dari rumen ke mulut. Di mulut, makanan ini dikunyah kembali secara menyeluruh untuk memecah struktur serat secara mekanis, sehingga memudahkan kerja mikroba saat makanan kembali masuk ke babat. Siklus ini memastikan bahwa serat kasar dapat dicerna secara efisien.
Secara ringkas, babat adalah bagian dari sistem pencernaan anterior pada hewan ruminansia, berfungsi sebagai bioreaktor alami yang memungkinkan hewan tersebut bertahan hidup dengan pola makan herbivora yang berbasis serat tinggi. Kesehatan babat sangat menentukan kesehatan dan produktivitas ternak secara keseluruhan. Gangguan pada keseimbangan mikroflora di babat dapat menyebabkan kondisi serius seperti asidosis metabolik, yang mengancam nyawa hewan.
Pemahaman mendalam mengenai babat tidak hanya penting bagi ahli zoologi, tetapi juga fundamental bagi peternak dan dokter hewan dalam mengelola nutrisi dan kesehatan hewan ternak. Babat bukan sekadar kantung kosong; ia adalah organ hidup yang penuh aktivitas biokimia kompleks.