Ungkapan Bahagia dalam Perspektif Islam

Kebahagiaan adalah dambaan setiap manusia. Dalam pandangan Islam, kebahagiaan sejati (sa'adah) tidak hanya merujuk pada kesenangan duniawi sesaat, melainkan sebuah keadaan batin yang damai, ridha, dan dekat dengan Allah SWT. Mengungkapkan rasa syukur dan bahagia dalam Islam memiliki tata cara dan makna yang mendalam, jauh melampaui sekadar ucapan 'Alhamdulillah'.

S

Simbol syukur dan kedamaian batin.

1. Mengucapkan Syukur: Ungkapan Kebahagiaan Hakiki

Inti dari kebahagiaan dalam Islam adalah kesyukuran. Ketika seorang Muslim merasa bahagia, ungkapan pertama yang harus terucap adalah 'Alhamdulillah' (Segala puji hanya bagi Allah). Ini bukan sekadar basa-basi, tetapi pengakuan bahwa sumber segala nikmat adalah Allah SWT. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa menunjukkan rasa syukur adalah kunci untuk menjaga dan menambah nikmat tersebut.

Jika kebahagiaan itu datang berupa kabar gembira, ungkapan lain yang dianjurkan adalah:

2. Bershalawat dan Berdoa Saat Bahagia

Kebahagiaan duniawi bersifat fana. Oleh karena itu, seorang Muslim yang berbahagia diingatkan untuk menyalurkan kebahagiaan tersebut menjadi amal jariyah atau doa yang kekal. Ketika mendapatkan rezeki melimpah atau pencapaian besar, kita dianjurkan untuk memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, serta memanjatkan doa agar kebahagiaan tersebut menjadi wasilah untuk keridhaan Allah.

Dalam sebuah riwayat, ketika Rasulullah SAW merasa sangat gembira, beliau akan bersujud syukur (sujud syukur) dan memanjatkan doa khusus. Tindakan fisik ini adalah ekspresi tertinggi dari kerendahan hati di hadapan pemberi nikmat.

Contoh Sujud Syukur Doa:

"Allahumma inni as'aluka minka wa nafsihaa wa a'udzu bika min syarriha wa syarri maa fihaa." (Ya Allah, aku memohon kebaikan dari-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan nikmat tersebut dan keburukan apa pun yang ada di dalamnya).

3. Menebar Kegembiraan dan Kebaikan

Ungkapan kebahagiaan tidak boleh bersifat individualistik. Islam mengajarkan bahwa kebahagiaan yang dibagi akan berlipat ganda. Memberi sedekah atau berbagi kabar gembira dengan orang lain adalah cara efektif untuk mengekspresikan rasa syukur secara sosial.

Senyum adalah sedekah paling sederhana. Rasulullah SAW bersabda, "Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah." Ketika seseorang merasa lapang dan bahagia, menyebarkan energi positif melalui senyuman, ucapan yang baik (qaulan ma'rufa), dan perbuatan baik merupakan manifestasi kebahagiaan Islami yang sesungguhnya.

4. Menjaga Keseimbangan (Tawazun)

Salah satu aspek penting dalam ungkapan bahagia Islam adalah menghindari sikap berlebihan (ghuluw) yang bisa menjurus pada kesombongan atau lupa diri. Kebahagiaan sejati selalu diiringi oleh kesadaran akan kefanaan dunia.

Oleh karena itu, ketika mengekspresikan kegembiraan, seorang Muslim akan menyertai ungkapan tersebut dengan doa perlindungan, misalnya: "Semoga Allah SWT menjauhkan sifat ujub (sombong) dari hatiku karena nikmat ini." Ungkapan ini menunjukkan bahwa kebahagiaan tersebut diakui sebagai titipan yang sewaktu-waktu bisa dicabut jika disalahgunakan.

Dengan demikian, ungkapan bahagia dalam Islam bukan hanya tentang kata-kata merayakan keberhasilan, tetapi juga sebuah ritual internal dan eksternal untuk mengakui kebesaran Allah, memohon keberkahan atas nikmat tersebut, dan menyalurkannya kembali sebagai kebaikan bagi sesama. Kebahagiaan yang bermuara pada ketaatan kepada-Nya adalah ketenangan yang abadi.