Surat At-Taubah (Surat ke-9 dalam Mushaf) memiliki posisi unik dalam susunan Al-Qur'an. Surat ini dikenal sebagai penutup periode dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah, di mana ia membahas banyak masalah terkait perjanjian, peperangan, dan pemurnian ajaran tauhid setelah penaklukan Mekkah. Setelah selesainya Surat At-Taubah, Al-Qur'an melanjutkan dengan surat yang memiliki suasana dan fokus yang berbeda.
Representasi visual urutan surat setelah At-Taubah.
Setelah Surat At-Taubah, Mushaf Al-Qur'an dilanjutkan dengan Surat Yunus, yang merupakan surat ke-10. Berbeda dengan At-Taubah yang penuh dengan nuansa hukum dan peperangan, Surat Yunus memiliki fokus yang lebih mendalam pada tauhid, risalah kenabian, dan perenungan tentang penciptaan alam semesta.
Surat Yunus dinamakan demikian karena mengandung kisah Nabi Musa AS dan kaumnya serta Fir'aun, yang diabadikan dalam surat ini. Kisah ini berfungsi sebagai pengingat akan kekuasaan Allah SWT, kebenaran risalah, dan akibat buruk bagi mereka yang menolak kebenaran.
Perpindahan dari At-Taubah ke Yunus menandai pergeseran penting dalam narasi Al-Qur'an. Jika At-Taubah sering kali melibatkan interaksi langsung dengan masyarakat Madinah dan tantangan politik pada masa itu, Yunus mengajak pembaca untuk mundur sejenak dan merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah (ayat-ayat kauniyah) yang tersebar di alam semesta. Surat ini menekankan bahwa keimanan sejati tidak hanya tumbuh dari kepatuhan hukum, tetapi juga dari pemahaman mendalam terhadap keagungan Sang Pencipta.
Surat Yunus membahas konsep-konsep teologis fundamental seperti wahyu, kesaksian hari kiamat, dan keadilan ilahi. Ayat-ayatnya banyak berbicara tentang bagaimana Allah memberikan bukti-bukti yang jelas kepada manusia, namun manusia seringkali memilih untuk berpaling karena kesombongan atau ketidaktahuan.
Meskipun Al-Qur'an diturunkan secara bertahap selama kurang lebih 23 tahun, susunan yang kita kenal hari ini—yang menempatkan Yunus setelah At-Taubah—adalah hasil dari ketetapan Allah yang diajarkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Jibril. Urutan ini memiliki hikmah tersendiri dalam penyampaian pesan-pesan ilahi.
At-Taubah, sebagai penutup periode dakwah yang intensif, menutup babak permusuhan dan pemurnian komunitas Muslim. Yunus, sebagai pembuka surat-surat berikutnya, kemudian membangun fondasi spiritual dengan mengingatkan kembali esensi keimanan melalui perenungan alam dan kisah-kisah para nabi sebelumnya. Urutan ini membantu seorang pembaca untuk secara bertahap mendalami ayat-ayat, dari tantangan praktis menuju perenungan eskatologis dan teologis yang lebih dalam.
Setelah Yunus, pembaca akan menemukan surat-surat lain seperti Hud (Surat ke-11), Yusuf (Surat ke-12), dan seterusnya, yang masing-masing membawa pelajaran berharga. Memahami konteks apa yang ada sebelum dan sesudah sebuah surat membantu dalam memahami keterkaitan antar bab dalam Al-Qur'an secara keseluruhan.
Surat setelah At-Taubah adalah Surat Yunus, yang menandai transisi dari pembahasan mengenai kondisi umat pada masa akhir kenabian menuju pembahasan mendalam tentang tauhid, wahyu, dan tanda-tanda alam semesta. Urutan ini disusun secara ilahiah untuk memberikan pemahaman yang holistik dan bertahap mengenai ajaran Islam.