Dalam lembaran sejarah Islam, terutama pada masa-masa penuh tantangan dan perjuangan, Al-Qur'an senantiasa memberikan petunjuk yang jelas mengenai prioritas seorang Muslim. Salah satu ayat yang secara eksplisit menyoroti pentingnya menjaga kesucian rumah Allah (masjid) serta kualitas spiritual individu adalah Surat At-Taubah ayat 18.
Teks Arab dan Terjemahan Surat At-Taubah Ayat 18
Ayat ini merupakan bagian dari rangkaian ayat yang berbicara mengenai kondisi dan tanggung jawab kaum mukminin, khususnya dalam menghadapi tantangan eksternal. Berikut adalah teks Arab, transliterasi, dan terjemahan lengkapnya:
Artinya: Hanyalah orang-orang yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapapun) melainkan kepada Allah, maka merekalah yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.
Analisis Makna Mendalam Ayat
Ayat ke-18 dari Surah At-Taubah (disebut juga Surah Bara’ah) ini mengandung penegasan tegas mengenai kriteria siapa yang berhak dan layak disebut sebagai ‘pengurus’ atau ‘pemakmur’ sejati masjid Allah. Kata kunci dalam ayat ini adalah 'innama' (hanyalah), yang memberikan batasan eksklusif.
1. Kriteria Keimanan yang Utuh
Syarat pertama dan utama adalah iman yang benar: beriman kepada Allah dan Hari Akhir. Makmur masjid bukan sekadar kegiatan fisik membangun atau membersihkan, tetapi berangkat dari keyakinan hati yang mantap bahwa ada hari pertanggungjawaban. Seseorang yang mengabaikan Hari Kiamat cenderung akan fokus pada urusan duniawi semata, sehingga ibadah di masjidnya menjadi formalitas.
2. Implementasi Syariat (Ibadah Mahdhah dan Ghairu Mahdhah)
Ayat ini menyebutkan dua pilar utama ibadah: mendirikan shalat (iqamash shalat) dan menunaikan zakat (ita’uz zakat). Shalat adalah ibadah ritual vertikal kepada Allah, sementara zakat adalah ibadah sosial horizontal yang menghubungkan seorang mukmin dengan sesama fakir miskin. Pemakmur masjid yang sejati adalah mereka yang ketaatannya terwujud dalam dua dimensi ini secara seimbang.
3. Tidak Adanya Rasa Takut Selain Kepada Allah
Poin krusial lainnya adalah "tidak takut kepada siapapun melainkan kepada Allah" (walam yakhsya illa Allah). Ini adalah inti dari keteguhan tauhid. Mereka yang hatinya dipenuhi ketakutan kepada penguasa zalim, ancaman manusia, atau kerugian materi, akan sulit untuk berbicara kebenaran atau menegakkan syariat secara total. Rasa takut yang hanya tertuju pada Allah inilah yang membebaskan seorang mukmin untuk berjuang dan memakmurkan tempat ibadah tanpa kompromi atas prinsip agama.
Fungsi dan Makna "Memakmurkan Masjid"
Memakmurkan masjid ('imarat masajid) dalam konteks ayat ini memiliki spektrum yang sangat luas, jauh melampaui sekadar pembangunan fisik.
- Makmur dalam Ibadah: Masjid yang ramai oleh jamaah yang shalat berjamaah tepat waktu, berdzikir, membaca Al-Qur'an, dan beriktikaf.
- Makmur dalam Ilmu: Masjid menjadi pusat pengajaran agama, tempat di mana kebodohan diusir dengan ilmu yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah.
- Makmur dalam Sosial: Masjid berfungsi sebagai titik kumpul umat untuk membicarakan urusan kolektif (syura), tempat bantuan disalurkan, dan tempat terjalinnya ukhuwah yang kokoh.
Ayat ini sekaligus menjadi teguran keras bagi mereka yang mengaku mencintai Islam namun tindakannya bertentangan dengan kriteria di atas. Allah menegaskan bahwa atribut pemakmur sejati masjid hanyalah diperuntukkan bagi orang-orang yang teruji imannya, yang shalatnya benar, kepedulian sosialnya nyata, dan keberaniannya hanya bersumber dari rasa takut kepada-Nya.
Harapan Besar di Akhir Ayat
Ayat ditutup dengan harapan: "maka merekalah yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk (minal muhtadeen)." Kata 'diharapkan' ('asa) di sini menunjukkan bahwa Allah memberikan peluang besar bagi mereka yang memenuhi syarat-syarat tersebut untuk senantiasa berada di jalan yang lurus. Ini adalah janji Rahmat dan bimbingan berkelanjutan dari Allah SWT bagi para pelaksana perintah-Nya.
Oleh karena itu, merenungkan At-Taubah ayat 18 harus memotivasi setiap Muslim untuk tidak hanya menjadi pengunjung pasif masjid, tetapi menjadi agen aktif dalam menjaga fungsi spiritual, sosial, dan edukatif rumah-rumah Allah, berdasarkan pondasi iman yang kokoh dan ketakutan hanya kepada Yang Maha Kuasa.