Tafsir Surat At-Taubah Ayat 119

Ilustrasi Kepercayaan dan Janji Allah Janji Allah SWT

Teks dan Terjemahan Surat At-Taubah Ayat 119

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
Yā ayyuhal-ladhīna āmanūttaqullāha wakūnū ma‘as-ṣādiqīn(a).

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan **berkumpullah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur)**.

Kandungan dan Penjelasan Ayat

Ayat ke-119 dari Surah At-Taubah ini merupakan penutup dari rangkaian ayat-ayat yang berbicara mengenai kejujuran, pengujian iman, dan pentingnya memilih teman serta lingkungan yang baik. Setelah sebelumnya Allah SWT memberikan peringatan keras kepada orang-orang munafik dan menekankan pentingnya iman yang teguh, ayat ini memberikan perintah langsung yang lugas kepada kaum mukminin sejati.

Perintah dalam ayat ini terbagi menjadi dua pilar utama: Ketakwaan dan Perkumpulan dengan Orang Jujur (Ash-Shādiqīn).

1. Perintah untuk Bertakwa (Ittaqullah)

"Yā ayyuhal-ladhīna āmanū ittaqullāha..." (Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah). Ketakwaan adalah fondasi dari seluruh ajaran Islam. Bertakwa berarti melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan penuh kesadaran dan rasa takut (khauf) kepada-Nya. Dalam konteks ayat sebelumnya, ketakwaan di sini sangat relevan karena hanya orang yang bertakwa yang mampu membedakan antara kawan sejati dan munafik, serta konsisten dalam jihad dan ketaatan di masa sulit.

2. Perintah Berkumpul dengan Orang Jujur (Kūnū Ma‘as-Ṣādiqīn)

"...wakūnū ma‘as-ṣādiqīn(a)" (dan berkumpullah kamu bersama orang-orang yang benar). Kata Ash-Shādiqīn (orang-orang yang benar/jujur) merujuk pada kelompok yang memiliki integritas tinggi. Mereka adalah orang-orang yang ucapan dan perbuatannya selaras, yang imannya teruji, dan yang senantiasa teguh dalam membela kebenaran tanpa kepalsuan.

Implikasi dari perintah ini sangat mendalam terkait dengan lingkungan sosial seorang muslim. Lingkungan (pertemanan, pergaulan, komunitas) sangat menentukan kualitas iman seseorang. Bergaul dengan orang-orang jujur akan menularnya sifat jujur tersebut, menguatkan iman saat diuji, dan memberikan dukungan moral dalam perjalanan menuju ketaatan penuh. Sebaliknya, bergaul dengan orang-orang yang lisannya jujur namun hatinya dusta, atau yang mudah goyah, hanya akan menyeret seorang mukmin pada keraguan dan kemunafikan.

Ayat ini mengajarkan bahwa iman bukan hanya urusan pribadi di hadapan Tuhan, tetapi juga urusan komunal yang membutuhkan validasi dan penguatan melalui komunitas yang saleh dan jujur. Keberanian untuk mengatakan yang benar dan konsistensi dalam iman adalah ciri utama Ash-Shādiqīn yang wajib diikuti oleh setiap mukmin. Ayat ini menegaskan bahwa integritas adalah mata uang terpenting dalam hubungan vertikal (dengan Allah) dan horizontal (dengan sesama manusia).