وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
"Dan orang-orang yang terdahulu yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Allah menyediakan bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar." (QS. At-Taubah: 100)
Ayat ke-100 dari Surah At-Taubah adalah penegasan ilahi mengenai kedudukan mulia para sahabat Nabi Muhammad SAW. Ayat ini secara spesifik menyebut tiga kelompok utama yang menjadi fondasi awal peradaban Islam: kaum Muhajirin (penduduk Makkah yang berhijrah ke Madinah), kaum Ansar (penduduk Madinah yang menolong kaum Muhajirin), dan mereka yang datang setelah mereka dan mengikuti jejak mereka dengan ihsan (kebaikan dan kesempurnaan amal).
Fokus utama ayat ini adalah pada konsep ridha. Allah ridha kepada mereka, dan sebagai balasannya, mereka pun ridha kepada ketetapan Allah, termasuk segala bentuk pengorbanan yang telah mereka lakukan demi tegaknya agama ini. Pengorbanan yang dimaksud meliputi harta benda, kampung halaman, bahkan nyawa.
Bagian terpenting bagi umat Islam setelah generasi sahabat adalah frasa "وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ" (dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik). Ini menunjukkan bahwa kemuliaan tidak hanya terbatas pada mereka yang hidup sezaman dengan Rasulullah, tetapi juga mencakup setiap generasi yang meneladani cara hidup, akidah, dan amal perbuatan mereka secara sempurna.
Kata Ihsan di sini sangat krusial. Ihsan berarti melakukan sesuatu dengan sempurna, seolah-olah kita dilihat oleh Allah SWT. Dalam konteks mengikuti sahabat, ihsan berarti memahami semangat pengorbanan mereka, menjaga kemurnian akidah mereka, dan meneladani akhlak mereka tanpa mengurangi esensi ajaran yang mereka bawa. Ini menuntut adanya ketulusan dan komitmen total.
Balasan yang dijanjikan oleh Allah SWT sangatlah agung: "جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا" (surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya). Surga dengan segala kenikmatan abadi adalah puncak dari segala usaha.
Ayat ini menutup dengan penegasan: "ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ" (Itulah kemenangan yang besar). Kemenangan terbesar dalam pandangan Allah bukanlah penaklukan duniawi atau kekayaan materi, melainkan pencapaian ridha Ilahi dan jaminan kekekalan di taman kenikmatan abadi. Bagi Muslim kontemporer, ayat ini menjadi pengingat bahwa prioritas tertinggi harus selalu diarahkan untuk mencari keridhaan Allah melalui peneladanan generasi terbaik umat. Keikhlasan dalam beramal adalah kunci untuk mencapai derajat mulia yang dijanjikan dalam ayat ini.