Teks dan Terjemahan Surah At-Taubah Ayat 100
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Was-sābiqūnal-awwalūna minal-muhājirīna wal-ansāri wal-ladzi-ttaba‘ūhum bi-iḥsānin radhiyallāhu ‘anhum wa radhū ‘anhu wa a‘adda lahum jannātin tajrī tahtahal-anhāru khālidīna fīhā abadan dzālikal-faudzul-‘azhīm.
"Dan orang-orang yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung."
Makna dan Kedalaman Ayat 100 At-Taubah
Ayat ke-100 dari Surah At-Taubah (Surah Kesembilan) ini memiliki kedudukan yang sangat mulia dalam Al-Qur'an. Ayat ini secara eksplisit memberikan pujian tertinggi dari Allah SWT kepada tiga kelompok utama umat Islam yang menjadi fondasi tegaknya peradaban Islam awal. Ayat ini menetapkan standar keunggulan spiritual dan pengorbanan dalam Islam.
Tiga Golongan Utama yang Dipuji:
- Assabiqunal Awwalun Minal Muhajirin (Yang Pertama-tama dari Kaum Muhajirin): Ini merujuk kepada para sahabat Nabi yang berasal dari Mekah dan rela meninggalkan harta benda, sanak saudara, dan tanah air mereka demi mengikuti ajaran tauhid dan hijrah bersama Rasulullah SAW ke Madinah. Pengorbanan mereka bersifat total dan mutlak.
- Wal Ansar (Kaum Ansar): Mereka adalah penduduk Madinah (Yatsrib) yang menyambut kedatangan Muhajirin dengan tangan terbuka, berbagi rumah, harta, dan bahkan makanan. Keikhlasan mereka dalam membantu saudaranya yang baru datang menjadi teladan altruisme sejati.
- Walladzina Attaba'uhum Bi Ihsan (Dan Orang-orang yang Mengikuti Mereka dengan Baik): Kelompok ini mencakup generasi setelah Sahabat senior yang datang kemudian. Kunci dari keutamaan mereka bukanlah kecepatan dalam berhijrah, melainkan kualitas pengikutannya. "Bi Ihsan" (dengan kebaikan/kesempurnaan) berarti mereka meneladani iman, amal, dan akhlak para pendahulu tersebut tanpa cacat sedikit pun dalam keyakinan mereka.
Pujian Allah dalam ayat ini sangat tegas: "Radhiyallahu 'anhum wa radhu 'anhu" (Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya). Keridhaan Allah adalah puncak tertinggi yang dicari seorang mukmin. Ini bukan sekadar pengampunan, melainkan persetujuan ilahi yang menyeluruh atas seluruh perjalanan hidup mereka. Sebagai balasan atas keridhaan tersebut, Allah menjanjikan imbalan yang melampaui imajinasi: "Jannatin tajriu tahtahal anhar, khalidina fiha abada" (Surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal di dalamnya selamanya).
Kesimpulannya, Surah At-Taubah ayat 100 ini berfungsi sebagai penegasan bahwa konsistensi dalam iman dan mengikuti jejak para pendahulu yang saleh adalah jalan utama menuju keridhaan Ilahi dan kemenangan hakiki. Ayat ini menekankan pentingnya ittiba' (mengikuti) dengan ihsan, menunjukkan bahwa Islam menghargai kualitas keimanan, bukan hanya kuantitas waktu berlalu sejak keislaman seseorang. Ayat ini mengakhiri pujian tersebut dengan penekanan final: "Zalikal fauzul 'azhim" (Itulah kemenangan yang agung), menggarisbawahi bahwa anugerah tersebut adalah pencapaian tertinggi dalam hidup seorang Muslim.