Sebaik-baiknya Manusia Adalah yang Paling Bermanfaat bagi Sesamanya

+ Berbagi dan Peduli

Ilustrasi: Tindakan memberi dan menerima yang menciptakan kebaikan bersama.

Ungkapan filosofis maupun ajaran spiritual seringkali bermuara pada satu kesimpulan mendasar mengenai nilai sejati keberadaan manusia: **sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya**. Frasa ini bukan sekadar slogan moralistik, melainkan sebuah cetak biru perilaku yang mengarahkan individu untuk melampaui kepentingan diri sendiri (ego) dan mendedikasikan energinya untuk kontribusi positif bagi lingkungan sosialnya.

Filosofi Inti: Melampaui Diri Sendiri

Dalam perjalanan hidup, kita semua mencari makna. Makna ini seringkali ditemukan bukan dalam pencapaian material atau status sosial semata, melainkan dalam dampak yang kita tinggalkan. Ketika seseorang menjadikan kemanfaatan sebagai poros hidupnya, tindakannya didorong oleh empati—kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain. Manusia yang bermanfaat memahami bahwa keberhasilannya tidak lengkap jika masih ada orang di sekitarnya yang menderita atau membutuhkan uluran tangan.

Ini berarti menjadi baik bukan hanya soal tidak melakukan kejahatan, tetapi secara aktif melakukan perbuatan baik. Ini mencakup hal-hal besar seperti menjadi inovator yang menciptakan solusi untuk masalah publik, hingga hal-hal kecil sehari-hari, seperti mendengarkan keluh kesah teman tanpa menghakimi, atau sekadar memberikan informasi yang dibutuhkan seseorang dengan tulus. Setiap tindakan kecil yang mengurangi beban orang lain adalah penegasan bahwa kita mengakui kemanusiaan mereka.

Dimensi Kemanfaatan dalam Kehidupan Modern

Di era digital yang serba cepat, definisi "bermanfaat" juga ikut berkembang. Kemanfaatan tidak lagi terbatas pada interaksi tatap muka. Seseorang dapat menjadi sangat bermanfaat melalui platform digital, menyebarkan pengetahuan yang valid, melawan disinformasi, atau membangun komunitas pendukung daring. Seorang pendidik yang konsisten membagikan ilmunya secara gratis di internet, seorang programmer yang merilis kode sumber terbuka untuk membantu proyek nirlaba, atau bahkan seorang pengguna media sosial yang secara konsisten menyebarkan berita positif dan dukungan moral, semuanya adalah representasi dari prinsip ini.

Inti dari kemanfaatan adalah kesediaan untuk menjadi saluran, bukan tujuan akhir. Manusia terbaik adalah mereka yang menggunakan talenta, sumber daya, dan kesempatan yang mereka miliki untuk mengisi kekosongan atau memperbaiki kekurangan yang ada dalam sistem sosial mereka. Ketika kita mengangkat satu orang, dampaknya seringkali menyebar ke keluarganya dan komunitas yang lebih luas. Inilah efek domino kebaikan yang dicari oleh kemanusiaan sejati.

Tantangan Menjadi Pribadi yang Kontributif

Menerapkan prinsip "sebaik-baiknya manusia" bukanlah jalan yang mudah. Ini menuntut pengorbanan, kesabaran, dan yang paling penting, kerendahan hati. Seringkali, niat baik kita disalahpahami, atau upaya kita tidak dihargai sebagaimana mestinya. Tantangan terbesar muncul ketika kita harus berhadapan dengan kelelahan atau sinisme dari dunia luar. Namun, bagi mereka yang benar-benar menghayati prinsip ini, motivasi utama bukanlah pujian atau imbalan eksternal, melainkan kepuasan batin karena telah menjalankan peran sebagai anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan penuh kasih.

Menjadi bermanfaat juga memerlukan pengembangan diri yang berkelanjutan. Untuk dapat memberikan solusi terbaik, kita harus terus belajar dan meningkatkan kapasitas diri kita. Jika hari ini kita bisa membantu dengan pengetahuan dasar, besok kita harus berusaha untuk memiliki pengetahuan yang lebih mendalam sehingga bantuan yang kita tawarkan menjadi lebih efektif dan tepat sasaran. Kebaikan yang statis cenderung basi; kebaikan yang hidup adalah kebaikan yang terus berevolusi dan beradaptasi dengan kebutuhan zaman.

Warisan yang Abadi

Pada akhirnya, apa yang tersisa ketika hidup berakhir bukanlah aset atau gelar, melainkan jejak kebaikan yang tertanam dalam ingatan orang lain. Orang akan mengingat bagaimana kita membuat mereka merasa, bukan seberapa banyak yang kita miliki. Warisan seorang manusia yang paling baik tercermin dari seberapa banyak kehidupan lain yang disentuh, ditingkatkan, dan disembuhkan oleh kehadirannya. Oleh karena itu, marilah kita berusaha setiap hari untuk melatih diri agar menjadi versi diri kita yang paling bermanfaat, karena di sanalah letak kemuliaan sejati kemanusiaan.