Bahasa Sunda adalah salah satu bahasa daerah yang kaya akan nilai budaya dan kesopanan. Di Jawa Barat, menguasai beberapa sapaan dasar dalam bahasa Sunda tidak hanya memudahkan komunikasi sehari-hari tetapi juga menunjukkan penghormatan mendalam terhadap adat istiadat setempat. Berbeda dengan bahasa Indonesia yang cenderung lugas, sapaan dalam bahasa Sunda sangat dipengaruhi oleh tingkatan tutur (leksikal), yaitu lemes (halus) dan loma (akrab/kasar).
Memahami kapan harus menggunakan sapaan lemes (misalnya kepada orang yang lebih tua atau dihormati) dan kapan menggunakan sapaan loma (untuk teman sebaya atau yang lebih muda) adalah kunci utama keramahan dalam budaya Sunda. Kesalahan dalam memilih tingkatan sapaan bisa dianggap kurang sopan. Artikel ini akan memandu Anda mengenai sapaan bahasa Sunda yang paling umum digunakan.
Ada dua sapaan pembuka yang wajib Anda ketahui, yang sering digunakan dalam konteks menyapa orang yang belum dikenal atau dalam situasi formal:
| Sapaan Sunda | Tingkat Tutur | Arti dalam Bahasa Indonesia | Konteks Penggunaan |
|---|---|---|---|
| Sampurasun | Lemes (Formal) | Salam sejahtera/Halo | Digunakan sebagai salam pembuka yang sangat sopan, terutama kepada orang yang dihormati atau dalam acara resmi. |
| Rarampesun | Lemes (Formal) | Jawaban dari Sampurasun | Jawaban baku ketika seseorang menyapa dengan "Sampurasun." |
| Halo / Hai | Loma/Umum | Halo / Hai | Mirip penggunaan dalam Bahasa Indonesia, lebih santai. |
Sama seperti bahasa lain, sapaan dalam bahasa Sunda juga terbagi berdasarkan waktu dalam sehari. Namun, perlu diingat bahwa sapaan ini sering kali masih disesuaikan lagi dengan tingkatan lemes/loma.
| Waktu | Sapaan Lemes (Halus) | Sapaan Loma (Akab/Kasual) |
|---|---|---|
| Pagi | Wilujeng énjing | Sugén enjing |
| Siang | Wilujeng siang | Sugén siang |
| Sore/Petang | Wilujeng sonten | Sugén sonten |
| Malam | Wilujeng wengi | Sugén wengi |
Perbedaan signifikan terletak pada kata 'Wilujeng' (lemes) yang diganti menjadi 'Sugén' (loma) atau bahkan lebih singkat lagi dalam pergaulan sangat akrab. Misalnya, untuk menanyakan kabar di pagi hari kepada teman dekat, Anda bisa langsung bertanya, "Kumaha damang?" (Versi lemes) atau "Kumaha?" (Versi loma).
Setelah mengucapkan salam pembuka, langkah selanjutnya adalah menanyakan kabar. Ini adalah momen krusial untuk menunjukkan basa-basi kesopanan Sunda.
Jawaban yang umum dan sopan untuk menanyakan kabar adalah: "Alhamdulillah, saé / damang" (Alhamdulillah, baik/sehat). Jika ingin menanyakan balik kabar orang tersebut, gunakan "Punten, Bapa/Ibu kumaha?" (Permisi, Bapak/Ibu bagaimana kabarnya?). Penggunaan Bapak/Ibu adalah penting jika lawan bicara adalah orang yang lebih tua.
Dalam budaya Sunda, gelar sosial sangat penting untuk mempertahankan etika berbahasa. Penggunaan panggilan yang tepat dapat mencegah terjadinya salah paham kesopanan.
| Panggilan Sunda | Padanan Indonesia | Keterangan |
|---|---|---|
| Aa / Teteh | Kakak (Laki-laki/Perempuan) | Untuk orang yang sedikit lebih tua, panggilan akrab namun tetap menghormati. |
| Ua / Emang / Bibi | Paman / Bibi | Untuk kerabat atau orang yang lebih tua dari orang tua Anda. |
| Bapak / Ibu | Bapak / Ibu | Paling umum dan aman digunakan untuk semua orang dewasa. |
| Anjeun / Salira | Anda | Kata ganti orang kedua yang sopan (lemes). Hindari kata 'manéh' kecuali kepada teman sangat akrab. |
Menguasai sapaan bahasa Sunda ini akan membuka pintu interaksi yang lebih hangat dengan masyarakat Sunda. Selalu ingat, dalam keraguan, gunakanlah sapaan lemes. Salam, Sampurasun!