Surat At Taubah (Surat Kesembilan dalam Al-Qur'an) mengandung banyak pelajaran penting terkait muamalah, terutama dalam konteks perjanjian dan peperangan. Ayat keenam surat ini memberikan perintah spesifik mengenai bagaimana seorang Muslim harus bersikap ketika ada musuh yang meminta perlindungan.
Ilustrasi: Dialog di bawah naungan keamanan.
Ayat 6 Surah At Taubah ini turun dalam konteks perjanjian damai yang telah dilanggar oleh kaum musyrikin Mekkah, khususnya Bani Tsaqif dan suku-suku lain setelah peristiwa Fathul Makkah (Penaklukan Mekkah). Meskipun secara umum kaum musyrikin telah dikalahkan atau diusir dari Jazirah Arab, Allah SWT menetapkan prinsip etika kemanusiaan dan diplomasi yang tinggi bagi umat Islam.
Inti dari ayat ini adalah prinsip keadilan, keamanan, dan pemberian kesempatan untuk memahami kebenaran (dakwah), bahkan kepada pihak yang sebelumnya memusuhi.
Ketika seorang musyrik (dalam konteks saat itu, orang non-Muslim yang bermusuhan) meminta perlindungan (suaka) kepada kaum Muslimin, meskipun perjanjian umum melarang interaksi, Rasulullah SAW diperintahkan untuk memenuhinya. Ini menunjukkan bahwa dalam Islam, perlindungan yang diminta secara tulus harus diberikan, terlepas dari latar belakang agama atau permusuhan masa lalu.
Fase kedua yang sangat penting adalah kewajiban untuk "menghantarkannya sehingga ia sempat mendengar firman Allah (Al-Qur'an)." Ini bukan sekadar perlindungan fisik, tetapi juga perlindungan spiritual. Tujuannya adalah memberikan kesempatan bagi orang tersebut untuk mengenal Islam secara langsung, bukan melalui propaganda atau prasangka yang mungkin ia dengar sebelumnya. Ini adalah manifestasi nyata dari dakwah bil hal (dakwah melalui perbuatan) dan keterbukaan.
Setelah kesempatan mendengar Al-Qur'an diberikan, tugas Muslimin belum selesai. Mereka harus mengantarkan orang tersebut kembali ke tempat yang aman baginya. Ayat ini mengajarkan bahwa keadilan dan keamanan adalah hak dasar yang harus dipenuhi, bahkan terhadap musuh yang baru saja tunduk atau mencari perlindungan sementara.
Pelajaran utama dari QS At Taubah ayat 6 adalah universalitas prinsip kemanusiaan dalam Islam. Ayat ini mengajarkan:
Ayat ini menjadi pedoman historis yang vital bagi diplomasi Islam, menegaskan bahwa prinsip-prinsip etika dan kemanusiaan tetap berlaku dalam situasi konflik sekalipun.