Memahami Kedalaman Makna QS 9 Ayat 18

Tempat Ibadah

Ilustrasi simbolis masjid dan cahaya iman.

Al-Qur'an, sebagai sumber hukum utama dalam Islam, mengandung ayat-ayat yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia. Salah satu ayat yang sering menjadi sorotan dalam konteks syiar dan pengkhususan tempat ibadah adalah Surat At-Taubah (QS 9) ayat 18. Ayat ini memberikan landasan teologis yang kuat mengenai siapa yang berhak memakmurkan masjid dan bagaimana kualitas makmur tersebut seharusnya terwujud.

Teks dan Terjemahan QS 9 Ayat 18

"Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) melainkan hanya kepada Allah. Maka mereka itulah (di antara) yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk."

Ayat ini secara eksplisit menyebutkan kriteria utama bagi individu atau kelompok yang diakui oleh Allah SWT sebagai pihak yang berhak dan layak disebut sebagai "pemakmur" sejati rumah-Nya di muka bumi. Kata "memakmurkan" ('āmirū) di sini tidak hanya berarti membangun secara fisik, namun mencakup makna yang lebih luas, yakni menghidupkan fungsi spiritual, sosial, dan edukatif dari masjid.

Empat Pilar Utama Pemakmur Masjid Sejati

Kualitas "pemakmur" menurut ayat ini bergantung pada empat pilar utama yang harus terpatri dalam diri seorang mukmin. Keempat pilar ini menunjukkan bahwa makmur yang hakiki dimulai dari hubungan vertikal (dengan Tuhan) dan terwujud dalam praktik nyata kehidupan sehari-hari.

1. Iman yang Kokoh kepada Allah dan Hari Akhir

Syarat pertama dan fundamental adalah keimanan yang teguh (Al-Imānu Billāh wa Al-Yawm Al-Ākhir). Iman kepada Allah SWT adalah pengakuan mutlak atas keesaan-Nya, dan iman kepada Hari Akhir adalah kesadaran bahwa setiap perbuatan akan dipertanggungjawabkan. Tanpa fondasi keimanan yang kuat ini, segala bentuk aktivitas di masjid hanya akan bersifat formalitas tanpa nilai substansial di sisi Allah. Makmur yang dicari adalah keridhaan ilahi, bukan pujian manusia.

2. Konsistensi dalam Shalat

Pilar kedua adalah konsistensi dalam menegakkan shalat (Iqāmatush-Shalāt). Shalat adalah tiang agama dan komunikasi langsung dengan Sang Pencipta. Masjid adalah pusat berkumpulnya umat untuk melaksanakan ibadah ini. Pemakmur sejati adalah mereka yang menjadikan shalat sebagai prioritas, baik secara kuantitas (keteraturan waktu) maupun kualitas (kekhusyukan).

3. Menunaikan Zakat

Pilar ketiga berkaitan dengan tanggung jawab sosial, yaitu menunaikan zakat (Îtā’uz-Zakāh). Ini menunjukkan bahwa kesalehan individu harus beriringan dengan kepedulian terhadap kesejahteraan sesama. Masjid bukan hanya tempat ritual, tetapi juga pusat distribusi bantuan sosial. Mereka yang benar-benar memakmurkan masjid adalah mereka yang hartanya tersalurkan dengan benar untuk membersihkan jiwa dan membantu yang membutuhkan.

4. Rasa Takut yang Tulus Hanya Kepada Allah

Pilar keempat adalah ketiadaan rasa takut kepada selain Allah (Lā Yakhshawna Illā Allāh). Ini adalah manifestasi tertinggi dari tauhid. Rasa takut ini mendorong seorang mukmin untuk berani berbuat kebenaran, menegakkan amar ma'ruf nahi munkar, dan teguh dalam ibadah meskipun menghadapi tekanan atau ancaman dari penguasa zalim atau pandangan masyarakat yang menyimpang.

Implikasi Makmur yang Sebenarnya

Ayat 18 Surah At-Taubah menegaskan bahwa tujuan akhir dari semua aktivitas pemakmuran masjid adalah agar mereka termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk (Al-Muhktadūn). Petunjuk di sini berarti kesuksesan dunia dan akhirat. Jika masjid hanya ramai secara fisik tetapi penghuninya jauh dari empat pilar di atas, maka klaim "memakmurkan" tersebut hanyalah klaim parsial, tidak sesuai dengan standar ilahi.

Oleh karena itu, ketika kita berbicara tentang QS 9 ayat 18, kita diajak untuk merefleksikan kualitas hubungan kita dengan Allah dan dampak hubungan tersebut terhadap lingkungan sosial kita. Masjid yang benar-benar makmur adalah cerminan dari jamaah yang memiliki integritas spiritual dan moral yang tinggi, konsisten dalam ritualnya, peduli terhadap sesama melalui zakat, dan berani menegakkan kebenaran karena hanya takut kepada Penciptanya. Ayat ini menjadi kompas abadi bagi setiap muslim dalam menjalani peran mereka terhadap rumah-rumah Allah.