Penerbangan komersial dan militer, sebuah keajaiban teknik modern, sangat bergantung pada satu sumber daya vital: bahan bakar. Secara fundamental, **pesawat terbang menggunakan bahan bakar** untuk menghasilkan daya dorong (thrust) yang diperlukan agar dapat mengatasi hambatan udara (drag) dan gaya gravitasi. Tanpa energi yang dilepaskan dari pembakaran bahan bakar ini, pesawat akan tetap berada di darat.
Jenis Bahan Bakar Utama dalam Penerbangan
Bahan bakar yang digunakan dalam dunia penerbangan sangat spesifik dan berbeda dari bahan bakar kendaraan darat. Ada dua kategori utama, bergantung pada jenis mesin pesawat. Untuk mesin turbin (jet engine) yang dominan pada pesawat komersial modern, bahan bakar yang digunakan adalah minyak tanah yang telah dimurnikan secara khusus, yang dikenal sebagai Jet Fuel (Avtur atau Jet A-1).
Jet Fuel memiliki karakteristik penting: titik beku yang sangat rendah (karena harus beroperasi di ketinggian ekstrem di mana suhu bisa mencapai -50°C atau lebih dingin) dan nilai energi per volume yang sangat tinggi. Kepadatan energi ini krusial karena ruang penyimpanan bahan bakar di sayap dan badan pesawat terbatas, namun pesawat harus mampu terbang ribuan kilometer tanpa henti. Efisiensi energi adalah pertimbangan desain utama.
Prinsip Kerja Turbin dan Pembakaran
Bagaimana pesawat terbang menggunakan bahan bakar ini? Prosesnya terjadi di dalam mesin jet. Mesin jet bekerja berdasarkan prinsip hukum ketiga Newton (aksi-reaksi). Bahan bakar dicampur dengan udara yang telah dikompresi di dalam ruang bakar (combustor). Campuran ini kemudian dinyalakan, menghasilkan ledakan terkontrol yang menghasilkan gas panas bertekanan tinggi. Gas panas ini diekspos ke turbin, memutarnya. Putaran turbin inilah yang kemudian digunakan untuk memutar kompresor di bagian depan mesin dan menghasilkan daya dorong melalui nosel pembuangan.
Mesin piston yang masih digunakan pada pesawat ringan atau latih biasanya menggunakan bensin penerbangan (Avgas), yang memiliki oktan lebih tinggi dan stabil dibandingkan bensin otomotif. Namun, dominasi mesin turbin menjadikan Jet Fuel sebagai bahan bakar yang paling penting dalam industri penerbangan global. Konsumsi bahan bakar adalah salah satu biaya operasional terbesar bagi maskapai penerbangan, memicu inovasi berkelanjutan dalam aerodinamika dan efisiensi mesin.
Tantangan Keberlanjutan dan Bahan Bakar Alternatif
Mengingat bahan bakar jet konvensional (Jet A-1) berasal dari minyak bumi, industri penerbangan menghadapi tekanan besar terkait dampak lingkungannya, terutama emisi karbon dioksida. Oleh karena itu, fokus penelitian saat ini beralih ke Sustainable Aviation Fuels (SAF). SAF adalah bahan bakar jet yang diproduksi dari sumber daya terbarukan, seperti minyak jelantah, biomassa, atau bahkan melalui sintesis kimia menggunakan hidrogen hijau dan karbon yang ditangkap dari atmosfer.
Penggunaan SAF secara bertahap diharapkan dapat mengurangi jejak karbon penerbangan tanpa memerlukan modifikasi besar pada infrastruktur mesin pesawat yang sudah ada, menjadikannya solusi transisional yang penting. Meskipun demikian, produksi SAF masih mahal dan belum mencapai skala yang dibutuhkan untuk menggantikan seluruh permintaan global. Hingga masa depan energi terbarukan tiba sepenuhnya, **pesawat terbang menggunakan bahan bakar** berbasis hidrokarbon cair akan tetap menjadi tulang punggung transportasi udara dunia, didorong oleh kebutuhan akan daya dan jangkauan yang tak tertandingi.
Daya dorong yang dihasilkan harus terus-menerus dipertahankan selama penerbangan, terutama saat jelajah (cruising altitude) di mana efisiensi termal mesin berada pada puncaknya. Efisiensi pembakaran, berat bahan bakar yang dibawa, dan ketinggian terbang adalah parameter yang terus dihitung secara cermat oleh pilot dan sistem navigasi untuk memastikan perjalanan aman dan efisien dari titik A ke B.