Bagi banyak orang, asam lambung (GERD) identik dengan sensasi panas terbakar di dada atau rasa asam yang naik ke tenggorokan. Namun, tahukah Anda bahwa ada korelasi yang sering dialami penderita GERD, yaitu perasaan kedinginan yang tidak dapat dijelaskan? Fenomena ini mungkin terdengar kontradiktif, namun bagi mereka yang hidup dengan kondisi asam lambung kronis, rasa dingin yang tiba-tiba bisa menjadi gejala penyerta yang mengganggu.
Korelasi antara asam lambung dan rasa dingin ini seringkali belum banyak dibahas secara mendalam. Secara umum, tubuh manusia mengatur suhu internalnya melalui sistem saraf otonom. Ketika asam lambung naik dan mengiritasi kerongkongan (esofagus), hal ini dapat memicu respons saraf yang memengaruhi regulasi suhu tubuh. Iritasi pada area tersebut dapat mengirimkan sinyal ke otak yang salah diinterpretasikan sebagai perlunya respons termal, bahkan ketika suhu lingkungan normal.
Mekanisme Neurologis di Balik Rasa Dingin
Salah satu penjelasan utama terkait penderita asam lambung kedinginan karena adanya koneksi antara sistem pencernaan dan sistem saraf otonom. Esofagus dilapisi oleh saraf yang sangat sensitif. Ketika asam lambung (HCl) atau pepsin yang korosif mencapai lapisan ini, sinyal nyeri atau rasa tidak nyaman dikirimkan ke otak. Sistem saraf otonom, yang mengatur fungsi tak sadar termasuk detak jantung, pernapasan, dan suhu tubuh, dapat bereaksi berlebihan terhadap sinyal ini.
Respon stres yang dipicu oleh rasa sakit atau ketidaknyamanan lambung dapat mengaktifkan sistem saraf simpatik (respons 'lawan atau lari'). Aktivasi ini sering kali menyebabkan vasokonstriksi perifer—penyempitan pembuluh darah di kulit dan ekstremitas—sebagai upaya tubuh memprioritaskan organ vital. Penyempitan pembuluh darah ini mengurangi aliran darah ke permukaan kulit, yang secara langsung menghasilkan sensasi dingin, bahkan jika suhu inti tubuh tetap stabil.
Perbedaan dengan Gejala Lain
Penting untuk membedakan rasa dingin yang berhubungan dengan GERD dari hipotermia atau kedinginan biasa. Rasa dingin yang berhubungan dengan asam lambung cenderung muncul bersamaan dengan gejala pencernaan lain seperti mual, nyeri ulu hati, atau refluks, dan sering memburuk setelah makan atau saat berbaring. Penderita mungkin merasa menggigil tanpa demam.
Catatan Penting: Jika sensasi dingin disertai dengan keringat dingin hebat, pusing, atau nyeri dada yang parah, ini bisa menjadi tanda kondisi darurat medis. Segera cari pertolongan profesional, karena gejala ini juga dapat tumpang tindih dengan masalah jantung.
Manajemen dan Mitigasi
Mengatasi rasa dingin yang disebabkan oleh asam lambung harus dimulai dengan mengendalikan kondisi asam lambungnya sendiri. Pengobatan yang efektif untuk GERD, baik melalui perubahan gaya hidup maupun obat-obatan, diharapkan dapat mengurangi iritasi saraf yang memicu respons dingin.
- Kontrol Pemicu Makanan: Hindari makanan pedas, asam, berlemak tinggi, cokelat, dan minuman berkarbonasi yang dikenal memicu naiknya asam lambung.
- Posisi Tidur: Tinggikan kepala tempat tidur sekitar 15-20 cm. Gravitasi membantu menjaga asam tetap di lambung.
- Pengelolaan Stres: Karena stres dapat memperburuk GERD dan meningkatkan respons saraf, teknik relaksasi seperti meditasi atau pernapasan dalam sangat dianjurkan.
- Pakaian Hangat: Meskipun akar masalahnya adalah internal, mengenakan lapisan pakaian yang nyaman saat merasa kedinginan adalah langkah praktis untuk kenyamanan sementara.
Memahami bahwa penderita asam lambung kedinginan karena adanya jalur komunikasi kompleks antara saluran cerna dan sistem saraf otonom adalah langkah pertama menuju manajemen gejala yang lebih baik. Konsultasikan dengan dokter Anda untuk rencana penanganan GERD yang komprehensif, yang mungkin juga mencakup strategi untuk mengelola efek samping neurologis seperti sensitivitas suhu.