Pertalite, dengan Research Octane Number (RON) 90, telah menjadi bahan bakar pilihan utama bagi banyak pemilik kendaraan di Indonesia karena harganya yang lebih terjangkau dibandingkan bahan bakar nonsubsidi lainnya. Namun, tidak semua mobil dirancang untuk menggunakan bahan bakar dengan angka oktan serendah ini. Memilih bahan bakar yang salah dapat menyebabkan kerugian pada performa mesin hingga kerusakan jangka panjang.
Lalu, bagaimana cara mengetahui mobil mana yang 'aman' dan direkomendasikan untuk mengonsumsi Pertalite? Jawabannya terletak pada spesifikasi teknis mesin mobil tersebut, terutama rasio kompresi.
Kunci Utama: Rasio Kompresi Mesin
Aturan umum dalam dunia otomotif adalah semakin tinggi rasio kompresi mesin, semakin tinggi pula nilai oktan bahan bakar yang dibutuhkan. Bahan bakar dengan oktan rendah (seperti Pertalite RON 90) memiliki kecenderungan lebih mudah terbakar. Jika bahan bakar ini digunakan pada mesin berkompresi tinggi, bahan bakar bisa menyala secara prematur sebelum busi memercikkan api. Fenomena ini dikenal sebagai "ngelitik" atau knocking (ketukan mesin).
Secara historis dan berdasarkan rekomendasi umum pabrikan di Indonesia:
- Mobil keluaran lama (Pra-2000an): Umumnya dirancang untuk RON 88 (Premium) atau RON 90 (Pertalite). Mobil-mobil ini hampir selalu aman menggunakan Pertalite.
- Mobil keluaran baru (Umumnya setelah tahun 2010): Banyak mobil modern, terutama yang berteknologi injeksi dan memiliki rasio kompresi di atas 10.5:1, sangat dianjurkan menggunakan minimal RON 92 (Pertamax) atau lebih tinggi.
Bagaimana Mengecek Rekomendasi Pabrikan?
Untuk memastikan keamanan mesin mobil Anda, ada tiga langkah utama yang harus Anda lakukan:
- Lihat Tutup Tangki Bensin: Seringkali, pabrikan mencantumkan spesifikasi minimal RON yang dibutuhkan langsung di balik tutup tangki bahan bakar mobil Anda. Cari tulisan seperti "Min. RON 92". Jika tertulis 92 atau lebih tinggi, Pertalite tidak disarankan.
- Cek Buku Manual Pemilik (Owner's Manual): Ini adalah sumber informasi paling akurat. Di bagian spesifikasi teknis mesin, akan dijelaskan secara rinci kebutuhan oktan bahan bakar yang optimal untuk kinerja dan keawetan mesin.
- Konsultasi dengan Bengkel Resmi: Jika Anda ragu, jangan segan menghubungi bengkel resmi merek mobil Anda dan sebutkan tahun pembuatan serta tipe mesin mobil Anda.
Dampak Penggunaan Oktan Terlalu Rendah
Menggunakan Pertalite (RON 90) pada mobil yang membutuhkan RON 92 atau 95 dapat mengakibatkan:
- Ngelitik (Knocking): Merusak piston dan katup dalam jangka panjang akibat tekanan pembakaran yang tidak terduga.
- Penurunan Performa: Unit kontrol mesin (ECU) akan mendeteksi detonasi dan secara otomatis mengurangi timing pengapian (timing retard) untuk melindungi mesin, yang berujung pada tenaga yang loyo dan konsumsi bahan bakar yang boros.
- Residu Karbon: Potensi penumpukan residu karbon di ruang bakar akibat pembakaran yang tidak sempurna.
Mobil yang Umumnya Aman Menggunakan Pertalite
Meskipun rekomendasi pabrikan adalah yang utama, secara umum, mobil-mobil yang tergolong "aman" menggunakan Pertalite adalah mobil yang didesain dengan teknologi konvensional atau memiliki rasio kompresi yang lebih rendah (biasanya di bawah 10.5:1).
Contoh populer di Indonesia yang seringkali masih direkomendasikan untuk Pertalite (walau perlu verifikasi ulang model tahun spesifiknya) meliputi beberapa tipe mobil Low Cost Green Car (LCGC) generasi awal, beberapa mobil keluarga Multi-Purpose Vehicle (MPV) tahun 2000-an awal, dan mobil-mobil segmen Low MPV/City Car yang memang dipasarkan dengan toleransi oktan yang fleksibel.
Intinya, Pertalite adalah pilihan ekonomis yang baik HANYA jika pabrikan mobil Anda secara eksplisit menyatakan bahwa RON 90 sudah mencukupi atau direkomendasikan. Jangan pernah mengorbankan kesehatan jangka panjang mesin demi penghematan biaya bahan bakar sesaat. Selalu utamakan spesifikasi yang tertera pada manual mobil Anda.