Ilustrasi Wayang Generik
Dalam jagat pedalangan Jawa, nama Hadi Sugito memegang posisi yang sangat dihormati. Ia bukan sekadar dalang biasa; ia adalah penjaga tradisi yang karismatik dan inovatif. Namun, seringkali, ketika membicarakan warisan seninya, ada satu aspek yang selalu menarik perhatian publik: hubungannya yang erat dengan karakter wayang legendaris, Bagong. Lebih spesifik lagi, ia dikenal luas karena keahliannya dalam memainkan peran yang sering disebut sebagai "Bagong Kembar" atau representasi ganda dari karakter tersebut dalam lakon-lakon tertentu.
Hadi Sugito mewarisi bakat seni yang luar biasa dari leluhurnya, namun ia tidak hanya mengandalkan warisan semata. Pendekatan modern dalam penceritaan, dikombinasikan dengan penghormatan mendalam terhadap pakem klasik, menjadikannya ikon bagi generasi baru pecinta wayang. Kemampuan teknisnya dalam menggerakkan wayang, terutama dalam menciptakan dinamika antara dua figur yang menonjol, seperti kemunculan Bagong ganda, menunjukkan tingkat penguasaan seni yang jarang dimiliki.
Karakter Bagong, sebagai anak bungsu Semar, dikenal karena sifatnya yang jenaka, lugas, dan seringkali menyuarakan kritik sosial secara terselubung melalui humor. Konsep "Bagong Kembar" dalam interpretasi Hadi Sugito bukan sekadar trik visual semata. Ini seringkali digunakan untuk mengeksplorasi dualitas—antara kebijaksanaan dan kelucuan, atau antara kepatuhan dan pemberontakan—yang melekat pada sosok Semar dan keturunannya. Ketika Hadi Sugito menampilkan kembar Bagong, penonton disuguhkan pertunjukan yang secara dramatis lebih kaya.
Pertunjukan yang melibatkan dua Bagong memerlukan sinkronisasi gerakan yang presisi. Kedua wayang harus bergerak seolah memiliki kesadaran independen namun tetap terikat pada narasi utama yang dipimpin oleh sang dalang. Hadi Sugito mampu menjaga ritme ini, memastikan bahwa meskipun ada dua tokoh yang fokus, inti pesan filosofis dari cerita tetap tersampaikan dengan jernih. Penguasaan vokal yang luwes juga berperan penting; ia harus mampu membedakan intonasi dan gaya bicara kedua Bagong tersebut tanpa membingungkan penonton.
Popularitas Hadi Sugito Bagong Kembar menjangkau audiens yang lebih luas dari sekadar penggemar wayang tradisional. Banyak kalangan muda tertarik karena penyajiannya yang segar namun tetap otentik. Ia berhasil menjembatani kesenjangan antara seni kuno dan selera kontemporer tanpa mengorbankan esensi kebudayaan. Hal ini sangat penting dalam upaya pelestarian warisan budaya tak benda.
Selain pertunjukan reguler, Hadi Sugito juga dikenal aktif dalam program edukasi. Ia sering berbagi tekniknya, termasuk cara mengelola kompleksitas visual dan naratif seperti saat menampilkan "kembar" tersebut. Para muridnya belajar bahwa di balik setiap kelucuan dan gerakan teatrikal, tersimpan disiplin seni yang ketat dan pemahaman mendalam tentang lakon Mahabharata atau Ramayana.
Penggunaan properti dan teknik pencahayaan juga seringkali ditingkatkan saat ia menampilkan adegan yang melibatkan dualitas Bagong. Ini menunjukkan bahwa Hadi Sugito adalah seorang seniman multidimensi yang memahami bahwa panggung wayang modern memerlukan elemen visual yang kuat untuk menarik perhatian penonton masa kini. Transformasi seni wayang yang dilakukannya menjadi inspirasi bagi banyak praktisi seni pertunjukan lainnya di Indonesia.
Secara keseluruhan, warisan Hadi Sugito, terutama melalui keahliannya menampilkan sosok ikonik seperti Bagong dalam format ganda, menegaskan posisinya sebagai salah satu pilar penting dalam seni pedalangan Indonesia. Ia membuktikan bahwa tradisi dapat berkembang dan tetap relevan di tengah arus modernisasi, asalkan disampaikan oleh maestro yang berdedikasi.
Dedikasi ini memastikan bahwa kisah-kisah kuno, lengkap dengan karakter jenaka nan bijaksana seperti Bagong, akan terus hidup dan dinikmati oleh generasi yang akan datang. Pengaruhnya terasa tidak hanya di Jawa tetapi juga di kancah internasional, memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia melalui pertunjukan yang memukau.