Hidrogen (H2) seringkali dipandang sebagai bahan bakar masa depan karena potensinya yang sangat bersih; ketika dibakar, produk sampingannya hanyalah air. Namun, untuk memanfaatkan potensinya, hidrogen harus diproduksi terlebih dahulu. Proses pembuatan bahan bakar hidrogen melibatkan beberapa metode, masing-masing dengan kelebihan dan tantangan lingkungannya sendiri. Memahami cara membuat bahan bakar hidrogen adalah langkah penting menuju transisi energi yang lebih hijau.
Metode Utama Pembuatan Bahan Bakar Hidrogen
Secara umum, hidrogen diproduksi melalui pemisahan molekul air (H2O) atau pemrosesan bahan bakar berbasis karbon. Metode produksi ini biasanya dikategorikan berdasarkan warna, yang menandakan sumber energi yang digunakan dalam prosesnya.
1. Elektrolisis Air (Hidrogen Hijau)
Ini adalah metode yang paling ramah lingkungan untuk membuat bahan bakar hidrogen. Elektrolisis adalah proses pemisahan molekul air menjadi gas hidrogen (H2) dan gas oksigen (O2) menggunakan arus listrik. Ketika listrik yang digunakan berasal dari sumber terbarukan seperti tenaga surya atau angin, hidrogen yang dihasilkan disebut "Hidrogen Hijau."
Cara Kerja Elektrolisis Sederhana:
- Peralatan: Siapkan elektroliser, yang terdiri dari dua elektroda (anoda dan katoda) yang dicelupkan ke dalam larutan elektrolit (biasanya air yang dicampur dengan sedikit garam atau alkali).
- Pemberian Energi: Alirkan arus listrik searah (DC) melalui larutan tersebut.
- Reaksi Kimia: Pada katoda, molekul air menerima elektron dan terurai menghasilkan gas hidrogen. Pada anoda, molekul air melepaskan elektron menghasilkan gas oksigen.
- Pengumpulan: Gas hidrogen dikumpulkan pada satu sisi dan oksigen pada sisi lainnya.
Meskipun menghasilkan emisi nol, tantangan utama dari metode ini adalah biaya listrik yang diperlukan, yang masih relatif tinggi dibandingkan metode berbasis fosil.
2. Steam Methane Reforming (SMR) - Hidrogen Abu-abu
Metode ini saat ini merupakan cara paling umum dan termurah untuk memproduksi hidrogen dalam skala besar. Prosesnya melibatkan reaksi antara gas alam (metana, CH4) dengan uap air (steam) pada suhu tinggi (sekitar 700-1000°C) dengan bantuan katalis.
Reaksi utama menghasilkan hidrogen dan karbon dioksida (CO2). Karena CO2 yang dihasilkan dilepaskan langsung ke atmosfer, hidrogen ini diklasifikasikan sebagai "Hidrogen Abu-abu." Ini adalah metode yang paling tidak ramah lingkungan dari segi emisi gas rumah kaca.
3. Oksidasi Parsial (Partial Oxidation - POX)
POX mirip dengan SMR, tetapi menggunakan oksigen dalam jumlah terbatas, bukan uap air, untuk bereaksi dengan bahan bakar hidrokarbon (seperti gas alam atau minyak berat). Proses ini juga menghasilkan hidrogen dan karbon monoksida, yang kemudian diolah lebih lanjut untuk menghasilkan lebih banyak H2. Seperti SMR, POX juga menghasilkan emisi CO2 yang signifikan, menjadikannya "Hidrogen Abu-abu" atau terkadang "Hidrogen Coklat" jika batu bara digunakan.
Membuat Hidrogen Biru: Inovasi Penangkap Karbon
Untuk mengatasi masalah emisi dari metode berbasis fosil seperti SMR, dikembangkan konsep "Hidrogen Biru." Produksi hidrogen birunya sama persis dengan hidrogen abu-abu (SMR atau POX), namun, karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan ditangkap dan disimpan secara permanen di bawah tanah, sebuah teknologi yang dikenal sebagai Carbon Capture and Storage (CCS).
Jika CCS berhasil diterapkan secara efektif dan berkelanjutan, hidrogen biru menawarkan jembatan yang menjanjikan antara ketergantungan pada bahan bakar fosil saat ini dan target energi nol bersih di masa depan. Meskipun demikian, keberhasilannya sangat bergantung pada efisiensi penangkapan dan biaya operasional CCS.
Aplikasi Bahan Bakar Hidrogen
Setelah berhasil diproduksi, hidrogen dapat digunakan dalam dua cara utama sebagai bahan bakar:
- Pembakaran Langsung: Mirip seperti gas alam, hidrogen dapat dibakar dalam turbin gas atau mesin pembakaran internal yang dimodifikasi untuk menghasilkan energi panas atau mekanik. Produk sampingan utamanya adalah uap air.
- Sel Bahan Bakar (Fuel Cells): Ini adalah aplikasi yang paling menjanjikan. Sel bahan bakar menggabungkan hidrogen dengan oksigen secara elektrokimia (kebalikan dari elektrolisis) untuk menghasilkan listrik secara langsung, dengan air sebagai satu-satunya emisi. Sel bahan bakar sangat efisien dan ideal untuk menggerakkan kendaraan listrik sel bahan bakar (FCEV).
Membuat bahan bakar hidrogen adalah proses yang kompleks dan sangat bergantung pada ketersediaan dan biaya energi terbarukan. Prioritas global saat ini adalah meningkatkan efisiensi elektrolisis dan menurunkan biaya produksi Hidrogen Hijau agar dapat bersaing secara ekonomi di pasar energi global.