Memahami Surat At Taurat dalam Perspektif Islam

Kitab

Surat At Taurat, atau yang lebih dikenal secara umum sebagai Taurat, memegang posisi penting dalam lintasan sejarah agama-agama samawi. Dalam terminologi Islam, Taurat merupakan salah satu kitab suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Musa AS. Keberadaannya diakui sebagai wahyu ilahi yang asli, meskipun umat Islam meyakini bahwa teks kitab tersebut telah mengalami perubahan atau penafsiran seiring berjalannya waktu oleh pemeluknya.

Kedudukan Taurat dalam Al-Qur'an

Al-Qur'an secara eksplisit menyebutkan nama Taurat (atau At-Tawrat) dalam berbagai ayatnya. Pengakuan ini menunjukkan penghormatan terhadap Taurat sebagai salah satu pilar kebenaran yang diturunkan oleh Tuhan yang sama yang kemudian menurunkan Al-Qur'an. Muslim meyakini bahwa Allah menurunkan Taurat kepada Nabi Musa sebagai pedoman bagi Bani Israil, berisi hukum-hukum, ajaran moral, dan berita gembira mengenai kedatangan nabi-nabi selanjutnya.

Meskipun Al-Qur'an mengonfirmasi keaslian Taurat pada masa penurunannya, Al-Qur'an juga berfungsi sebagai "muhaimin," atau pengawas dan pembenar terhadap kitab-kitab sebelumnya. Hal ini berarti bahwa nilai-nilai dasar dan prinsip ketuhanan dalam Taurat tetap dihormati, namun detail-detail hukum atau narasi tertentu dalam Taurat yang ada saat ini dianggap telah mengalami tahrif (perubahan) atau kehilangan sebagian otentisitasnya akibat campur tangan manusia.

Isi Pokok Taurat Menurut Sejarah Agama

Secara tradisional, Taurat terdiri dari lima kitab pertama dalam Perjanjian Lama, yang dikenal sebagai Pentateukh (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan). Kitab-kitab ini menceritakan kisah penciptaan alam semesta, asal mula manusia, kisah Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, dan fokus utama pada kehidupan serta perjalanan Nabi Musa AS bersama Bani Israil setelah keluar dari perbudakan Mesir.

Salah satu ajaran fundamental yang dibawa oleh Taurat adalah penegasan terhadap konsep Tauhid—keesaan Allah. Sepuluh Perintah Tuhan (Sepuluh Firman) yang diterima Nabi Musa di Gunung Sinai merupakan inti dari ajaran moral dan etika yang ditekankan dalam Taurat. Perintah-perintah ini mencakup kewajiban beribadah hanya kepada Allah dan larangan keras terhadap berbagai tindakan amoral dan kejahatan sosial.

Taurat dan Hukum Syariat

Dalam konteks Islam, Taurat mewakili salah satu bentuk syariat (hukum ilahi) yang berlaku untuk umat terdahulu. Hukum-hukum yang terdapat di dalamnya, seperti hukum qisas (balas setimpal) yang sering disinggung dalam Al-Qur'an, adalah bagian dari pemenuhan keadilan ilahi pada masa itu. Namun, syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW melalui Al-Qur'an dianggap sebagai penyempurnaan dan penyempurnaan dari syariat-syariat sebelumnya, disesuaikan untuk kondisi umat manusia yang lebih universal dan final.

Perbedaan fokus sering terlihat pada aspek ritual dan perincian hukum perdata. Misalnya, Islam memberikan kemudahan dan fleksibilitas dalam beberapa aspek hukum yang pada masa Taurat mungkin lebih ketat atau spesifik bagi Bani Israil. Tujuan akhir dari semua wahyu ilahi, termasuk Taurat, adalah mengarahkan manusia kepada ketaatan kepada Allah dan hidup yang adil, sebuah benang merah yang menghubungkan semua nabi.

Pentingnya Studi Komparatif

Bagi seorang Muslim, memahami Taurat bukan hanya sekadar menghormati sejarah kenabian, tetapi juga untuk menghargai kesinambungan risalah ilahi. Studi komparatif antara narasi Al-Qur'an dan Taurat memungkinkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai bagaimana pesan tauhid dipertahankan dan dikembangkan melalui rentang waktu kenabian. Ini memperkuat keyakinan bahwa Islam adalah agama pamungkas yang mengoreksi dan menyempurnakan kebenaran-kebenaran yang telah disampaikan sebelumnya.

Kesimpulannya, Surat At Taurat adalah wahyu agung yang diakui oleh Islam, diturunkan kepada Nabi Musa AS. Pengakuannya sebagai kitab suci menegaskan kesinambungan risalah Allah, sementara Al-Qur'an memberikan panduan terakhir dan paling lengkap bagi umat manusia. Menghormati Taurat berarti menghormati proses kenabian yang bertahap menuju kesempurnaan ajaran Islam.