Waspada selalu terhadap risiko di sekitar Anda.
Laboratorium adalah lingkungan kerja yang vital untuk penelitian, pengujian, dan pengembangan ilmu pengetahuan. Namun, di balik kemajuan yang dicapai, tersimpan berbagai potensi risiko. Selain bahaya kimia dan biologis yang sering disorot, bahaya fisik di laboratorium sering kali menjadi penyebab utama insiden jika tidak ditangani dengan serius. Bahaya fisik merujuk pada risiko yang berasal dari energi fisik yang tidak terkontrol, seperti panas, listrik, mekanik, radiasi, dan tekanan. Pemahaman mendalam mengenai bahaya ini adalah kunci utama untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan produktif.
Mengidentifikasi sumber bahaya adalah langkah pertama dalam mitigasi. Bahaya fisik di laboratorium dapat dikategorikan berdasarkan sumber energinya:
Peralatan mekanis seperti sentrifugal berkecepatan tinggi, mesin pengaduk, atau bahkan kaca laboratorium yang rapuh, dapat menyebabkan cedera serius. Sentrifugal yang tidak diseimbangkan dapat pecah dan menyebabkan proyektil berkecepatan tinggi. Sementara itu, pecahan kaca (beaker, pipet, atau botol) dapat menyebabkan luka sayat dalam. Selalu periksa integritas peralatan sebelum digunakan dan pastikan semua komponen terpasang dengan benar sesuai instruksi pabrik.
Pemanas (hot plate), oven, dan tungku adalah sumber bahaya panas. Luka bakar akibat kontak langsung atau percikan cairan panas adalah hal yang umum terjadi. Sebaliknya, penggunaan nitrogen cair atau es kering untuk pendinginan membawa risiko cedera radang dingin (frostbite) akibat kontak langsung dengan kulit tanpa pelindung yang memadai. Bekerja dengan suhu ekstrem memerlukan penanganan khusus dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai, seperti sarung tangan tahan panas/dingin.
Sirkuit listrik, kabel yang rusak, atau peralatan yang tidak teruji memicu risiko sengatan listrik, korsleting, atau bahkan kebakaran. Banyak instrumen laboratorium beroperasi pada tegangan tinggi. Penting untuk memastikan semua peralatan memiliki grounding yang baik, menghindari penggunaan kabel ekstensi secara berlebihan, dan tidak pernah memodifikasi kabel listrik peralatan.
Meskipun sering dikaitkan dengan bahan kimia yang mudah terbakar, bahaya fisik seperti sumber api terbuka (dari pemanas) atau akumulasi uap yang mudah terbakar di dekat percikan listrik dapat menyebabkan bencana. Penyimpanan bahan mudah terbakar yang tidak tepat dan kurangnya ventilasi yang memadai meningkatkan risiko ini secara signifikan.
Paparan kebisingan berulang dari pompa vakum atau peralatan ultrasonik dalam jangka panjang dapat merusak pendengaran. Sementara itu, radiasi non-pengion (seperti sinar UV dari pensterilisasi) dan radiasi pengion (jika lab menangani isotop) memerlukan perlindungan khusus seperti pelindung timbal atau kacamata pelindung radiasi.
Keselamatan laboratorium sangat bergantung pada kepatuhan terhadap prosedur dan kesadaran situasional. Berikut adalah beberapa langkah fundamental untuk mengelola bahaya fisik:
Meskipun kemajuan teknologi memudahkan pekerjaan di laboratorium, risiko bahaya fisik tetap ada. Dengan memprioritaskan pencegahan, mengikuti protokol keselamatan secara ketat, dan selalu waspada terhadap lingkungan sekitar, kita dapat meminimalkan insiden dan memastikan bahwa laboratorium tetap menjadi tempat penemuan, bukan cedera.