Simbolisasi kekayaan komunikasi lisan Suku Sasak.
Ketika membahas kekayaan budaya Nusa Tenggara Barat, nama Lombok selalu muncul. Pulau ini bukan hanya dikenal dengan keindahan alamnya yang memukau, tetapi juga karena masyarakat adatnya yang kental, yaitu Suku Sasak. Inti dari identitas mereka yang kuat adalah bahasa yang mereka gunakan sehari-hari. Lantas, bahasa suku Sasak adalah sebuah entitas linguistik yang kompleks dan vital dalam menjaga warisan leluhur mereka.
Secara umum, bahasa suku Sasak adalah sebuah bahasa Austronesia yang termasuk dalam rumpun bahasa Melayu-Polinesia Barat. Bahasa ini merupakan bahasa ibu bagi mayoritas penduduk asli Lombok. Bahasa Sasak memiliki kedudukan penting sebagai alat komunikasi utama dalam interaksi sosial, adat istiadat, hingga urusan keagamaan di lingkungan masyarakat Sasak.
Keunikan utama dari bahasa Sasak terletak pada variasi dialeknya yang sangat kaya. Tidak seperti bahasa Indonesia yang cenderung homogen, Bahasa Sasak memiliki perbedaan signifikan antara satu daerah dengan daerah lainnya di pulau Lombok. Perbedaan ini tidak hanya sekadar pelafalan, tetapi mencakup kosakata (leksikon) dan bahkan struktur kalimat. Para ahli bahasa sering membagi bahasa Sasak menjadi beberapa kelompok dialek besar, yang setidaknya terdiri dari tiga tingkatan utama, sering kali dianalogikan mirip dengan tingkatan bahasa Jawa.
Pemahaman mendalam mengenai bahasa suku Sasak adalah tidak lepas dari mengenal tiga tingkatan utama yang dipakai dalam komunikasi sehari-hari, yang secara umum dikenal sebagai dialek Rendah, Menengah, dan Tinggi. Pembagian ini seringkali berkaitan erat dengan stratifikasi sosial dan situasi formalitas dalam masyarakat.
Selain tiga kategori utama tersebut, secara geografis, bahasa Sasak juga terbagi menjadi dialek Bayan di bagian utara yang dianggap paling kuno, dialek Pujut di selatan, dan dialek yang berkembang di Lombok Tengah dan Timur. Keberagaman ini menunjukkan betapa dinamisnya perjalanan sejarah linguistik Suku Sasak.
Mengapa bahasa suku Sasak adalah begitu penting? Jawabannya terletak pada perannya sebagai pembawa nilai-nilai budaya. Banyak pepatah (peribahasa Sasak), syair-syair kuno (seperti dalam tradisi Lisan Beleq), dan hukum adat yang hanya dapat dipahami secara utuh melalui konteks bahasa aslinya. Bahasa ini merefleksikan filosofi hidup masyarakat Sasak yang menjunjung tinggi nilai kesopanan, gotong royong, dan harmoni sosial.
Sayangnya, seperti banyak bahasa daerah lainnya di Indonesia, bahasa Sasak menghadapi tantangan besar di era modern. Dominasi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan pengaruh media global menyebabkan banyak generasi muda Sasak yang kurang fasih atau bahkan tidak mengerti sama sekali dialek daerah mereka, terutama dialek tinggi. Upaya pelestarian kini menjadi fokus utama para budayawan dan pemerintah daerah, termasuk melalui pendidikan muatan lokal di sekolah-sekolah.
Untuk memberikan gambaran konkret mengenai bahasa suku Sasak adalah, berikut adalah beberapa contoh perbandingan kosa kata dasar antara Bahasa Sasak (mengambil contoh dialek umum) dengan Bahasa Indonesia:
| Bahasa Indonesia | Bahasa Sasak |
|---|---|
| Saya/Aku | Eke / Tiang (Alus) |
| Kamu | Beleq / Sampean (Alus) |
| Terima Kasih | Terimo Kase |
| Selamat Datang | Tedun Sampi |
Kesimpulannya, memahami bahasa suku Sasak adalah menyelami jantung kebudayaan Lombok. Bahasa ini bukan sekadar alat komunikasi, melainkan cerminan dari struktur sosial, sejarah panjang, dan kearifan lokal masyarakat yang telah bertahan melintasi zaman. Upaya pelestarian dialek-dialek ini adalah kunci untuk menjaga identitas otentik Suku Sasak di tengah arus globalisasi.