Visualisasi Sederhana dari Filosofi Python
Pertanyaan mengenai siapa yang menciptakan salah satu bahasa pemrograman paling berpengaruh di dunia modern sering kali mengarah pada jawaban yang spesifik dan menarik. Pertanyaan kunci, **bahasa pemrograman python dibuat oleh**, dijawab oleh seorang visioner tunggal dari Belanda.
Pemrakarsa utama di balik penciptaan Python adalah Guido van Rossum. Ia mulai mengembangkan Python pada akhir tahun 1980-an di Centrum Wiskunde & Informatica (CWI) di Belanda. Keputusan untuk memulai proyek ini muncul dari keinginannya untuk menciptakan bahasa scripting yang dapat menjembatani celah antara bahasa C yang cepat dan bahasa shell yang mudah digunakan.
Guido van Rossum mencari penerus untuk bahasa pemrograman ABC yang pernah ia kerjakan. ABC, meskipun memiliki beberapa fitur desain yang baik, dianggap kurang fleksibel dan sulit diperluas. Van Rossum ingin mengambil filosofi kesederhanaan dan keterbacaan dari ABC, namun mengemasnya dalam sebuah bahasa yang lebih kuat dan modular.
Salah satu fakta menarik yang sering dibahas dalam komunitas teknologi adalah asal-usul nama "Python". Banyak orang mungkin mengira nama tersebut diambil dari ular piton raksasa. Namun, kenyataannya, Guido van Rossum adalah penggemar berat dari grup komedi Inggris terkenal, Monty Python's Flying Circus.
Van Rossum ingin nama proyeknya terdengar singkat, unik, dan sedikit misterius. Setelah menelusuri buku-buku di kantornya, ia menemukan judul sketsa komedi tersebut dan memutuskan untuk menggunakannya. Filosofi di balik Python—bahwa pemrograman harus menyenangkan dan mudah diakses—sangat selaras dengan semangat humor dan kesederhanaan Monty Python.
Ketika Guido van Rossum merancang Python, ia menetapkan beberapa prinsip desain fundamental yang menjadi ciri khas bahasa ini hingga hari ini. Prinsip-prinsip ini tertuang dalam apa yang dikenal sebagai "The Zen of Python" (PEP 20), yang dapat diakses melalui perintah import this di interpreter Python.
Beberapa prinsip utama yang menekankan kekuatan Python meliputi:
Filosofi ini mendorong pengembang untuk menulis kode yang tidak hanya berfungsi, tetapi juga mudah dibaca dan dipelihara oleh orang lain (atau diri mereka sendiri di masa depan). Inilah mengapa Python sangat disukai dalam dunia pendidikan, pengembangan web (seperti Django dan Flask), analisis data, dan kecerdasan buatan.
Guido van Rossum memegang peran sebagai "Benevolent Dictator For Life" (BDFL) dari komunitas Python. Peran ini berarti ia memiliki otoritas terakhir dalam mengambil keputusan mengenai arah dan perkembangan bahasa tersebut. Di bawah kepemimpinannya, Python berkembang dari proyek kecil di CWI menjadi kekuatan global yang diakui.
Meskipun Van Rossum secara resmi mengundurkan diri dari peran BDFL, warisannya tetap tak terbantahkan. Ia berhasil menciptakan bahasa yang fleksibel, mudah dipelajari, namun cukup kuat untuk menangani proyek skala besar dan kompleks. Pengaruhnya terasa di setiap baris kode Python yang ditulis di seluruh dunia saat ini.
Sejak awal pengembangannya, Python selalu ditujukan sebagai bahasa yang menekankan pada produktivitas pengembang. Kesuksesan ini membuktikan bahwa visi Guido van Rossum—untuk menciptakan bahasa yang elegan, lugas, dan menyenangkan untuk digunakan—telah tercapai dengan gemilang.