Simbol komunikasi dan keharmonisan masyarakat Makassar.
Bahasa Makassar, atau yang sering juga disebut Bahasa Mangkasara, adalah salah satu pilar kebudayaan yang paling kokoh di tanah Sulawesi Selatan. Sebagai bahasa Austronesia yang kaya akan sejarah, ia tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi sehari-hari bagi jutaan penuturnya, tetapi juga menyimpan filosofi hidup, adat istiadat, dan identitas kolektif masyarakat Bugis-Makassar. Mempelajari sedikit tentang "Bahasa Makassar kamu" berarti membuka jendela langsung menuju jiwa masyarakatnya.
Di tengah arus globalisasi dan dominasi bahasa nasional, bahasa daerah seperti Makassar berusaha mempertahankan eksistensinya. Bahasa ini memiliki struktur yang unik, berbeda signifikan dari bahasa-bahasa di Jawa atau Sumatera. Pengucapannya cenderung tegas namun harmonis, dengan serangkaian bunyi vokal dan konsonan yang khas. Sebagai contoh, kata sapaan yang umum dikenal adalah "Na'ba?" (Apa kabar?) atau ungkapan persetujuan yang sederhana namun bermakna, "Olla".
Salah satu aspek menarik dari Bahasa Makassar adalah sistem fonologinya. Meskipun sering diasosiasikan dengan bahasa yang sulit, sebenarnya ia memiliki pola yang logis. Tata bahasanya sangat bergantung pada imbuhan dan posisi kata, berbeda dengan bahasa Indonesia yang lebih mengandalkan urutan kata. Ketika Anda mendengar seseorang berbicara dalam Bahasa Makassar, Anda akan menyadari adanya kekayaan dalam membedakan tingkat kesopanan. Terdapat tingkatan bahasa berdasarkan konteks sosial, sebuah cerminan dari budaya feodal yang pernah kuat di wilayah ini. Misalnya, cara Anda menyapa seorang tetua akan sangat berbeda dengan cara Anda menyapa teman sebaya.
Penggunaan kata ganti orang pertama seperti "Kukke" (saya) atau kata tanya seperti "Siapa'ja?" (Siapa?) sering kali diperkaya dengan partikel untuk menunjukkan rasa hormat atau keakraban. Dalam konteks adat, penguasaan bahasa ini adalah prasyarat untuk memahami ritual-ritual penting, seperti acara pernikahan atau prosesi pemakaman, di mana setiap kata memiliki makna seremonial yang mendalam. Bahasa Makassar adalah arsip hidup budaya mereka.
Perkembangan bahasa ini sangat bergantung pada peran komunitas. Banyak anak muda Makassar yang tinggal di perkotaan besar cenderung lebih fasih berbahasa Indonesia atau bahasa Inggris, sehingga melestarikan Bahasa Makassar menjadi tantangan berkelanjutan. Namun, semangat untuk mempertahankan warisan ini masih sangat hidup, terutama di perayaan adat, komunitas diaspora, dan melalui media sosial. Banyak konten kreatif yang kini dibuat menggunakan campuran Bahasa Makassar dan Indonesia, atau dikenal sebagai "Bahasa Campuran," untuk menarik minat generasi muda. Ini adalah strategi adaptif agar bahasa leluhur tidak punah ditelan modernitas.
Ketika berinteraksi dengan masyarakat Makassar, mencoba mengucapkan beberapa frasa dasar dalam bahasa mereka akan sangat diapresiasi. Hal ini menunjukkan rasa hormat terhadap identitas mereka. Frasa sederhana seperti "Salamat Datang" (Selamat datang) atau "Terima Kasih" yang dalam Bahasa Makassar sering diucapkan sebagai "Nuhun" atau variasi lainnya, dapat membuka pintu keramahan yang tulus. Memahami Bahasa Makassar kamu berarti memahami bahwa setiap suku di Nusantara memiliki kekayaan verbal yang unik dan layak untuk dijaga. Ini bukan sekadar dialek; ini adalah warisan peradaban yang telah bertahan melintasi samudra dan waktu. Melalui bahasa ini, kita bisa melihat bagaimana orang Makassar memandang alam, hubungan sosial, dan nilai-nilai luhur yang mereka pegang teguh hingga hari ini.
Oleh karena itu, upaya revitalisasi bahasa ini terus dilakukan. Mulai dari pengenalan di sekolah-sekolah lokal hingga dukungan terhadap seniman dan penulis yang berkarya dalam bahasa tersebut. Bahasa Makassar adalah denyut nadi Sulawesi Selatan, sebuah harta karun linguistik yang menunggu untuk dijelajahi lebih dalam oleh siapapun yang tertarik pada keragaman Indonesia.