Bahasa Isyarat Korea, atau yang lebih dikenal sebagai KSL (Korean Sign Language), adalah modalitas bahasa yang digunakan oleh komunitas Tuli di Korea Selatan. Meskipun Korea terkenal dengan budaya pop-nya (Hallyu) yang mendunia, pemahaman mengenai bahasa isyarat mereka masih terbatas di kalangan internasional. KSL memiliki tata bahasa dan strukturnya sendiri, yang berbeda signifikan dari bahasa Korea lisan (Hangul).
Sama seperti bahasa isyarat lainnya di dunia, KSL tidak sekadar representasi gerakan tangan dari bahasa lisan. KSL adalah bahasa visual-spasial yang lengkap, menggunakan kombinasi bentuk tangan, orientasi telapak tangan, gerakan, lokasi di ruang sekitar tubuh, serta ekspresi wajah dan gerakan tubuh untuk menyampaikan makna. Ekspresi non-manual (ekspresi wajah) memainkan peran krusial dalam tata bahasa KSL, terutama untuk menandai pertanyaan atau penekanan.
Meskipun Bahasa Isyarat Internasional (IS) terkadang digunakan dalam konteks tertentu, KSL adalah bahasa primer bagi banyak orang Tuli Korea. Mengenali dan mempelajari dasar-dasar KSL sangat penting untuk inklusi sosial dan komunikasi yang efektif dalam masyarakat Korea. Komunitas Tuli global semakin berupaya agar bahasa isyarat lokal mereka diakui secara resmi dan didukung oleh pemerintah, dan Korea telah mengambil langkah maju dalam hal ini.
Sejak tahun 2016, KSL telah diakui secara resmi sebagai bahasa oleh pemerintah Korea Selatan, meskipun implementasi penuh dan sumber daya pendidikan masih terus dikembangkan. Pengakuan ini membuka jalan bagi pendidikan yang lebih baik dan penggunaan KSL dalam layanan publik.
Untuk memberikan gambaran, berikut adalah representasi visual (dalam bentuk deskripsi SVG) dari beberapa konsep dasar dalam KSL. Perlu diingat bahwa isyarat sangat dinamis dan hanya gambar statis tidak sepenuhnya merepresentasikan bahasa ini.
Beberapa isyarat yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari meliputi:
Struktur kalimat dalam KSL cenderung mengikuti pola SOV (Subjek-Objek-Verba), mirip dengan bahasa Korea lisan. Namun, perbedaan utamanya terletak pada bagaimana informasi tambahan disampaikan. Dalam bahasa lisan, partikel gramatikal digunakan untuk menandai fungsi kata dalam kalimat. Dalam KSL, fungsi ini sering ditandai melalui urutan isyarat, lokasi isyarat di ruang tanda, dan yang paling penting, penggunaan ekspresi wajah.
Misalnya, untuk membuat kalimat tanya dalam bahasa lisan, partikel ditambahkan di akhir. Dalam KSL, hal ini sering diindikasikan dengan mengangkat kedua alis dan sedikit memiringkan kepala saat melakukan isyarat verba atau kata tanya yang relevan. Kesalahan dalam mengekspresikan ekspresi non-manual dapat sepenuhnya mengubah makna kalimat atau membuatnya tidak gramatikal.
Selain itu, beberapa konsep abstrak yang mudah diungkapkan dengan kata dalam bahasa lisan sulit diterjemahkan secara langsung ke dalam isyarat tunggal. Hal ini memerlukan pemecahan konsep menjadi serangkaian isyarat deskriptif yang lebih spasial. Kemampuan untuk "menggambarkan" suatu objek atau tindakan melalui gerakan tangan sangat dihargai dalam KSL.
Karena KSL adalah bahasa yang berkembang pesat, sumber daya belajar yang komprehensif mungkin memerlukan pencarian khusus. Organisasi Tuli di Korea Selatan, seperti Asosiasi Tuli Korea (Korea Association of the Deaf), sering menjadi pusat informasi mengenai kurikulum dan kelas resmi. Banyak materi otentik kini tersedia secara daring melalui video yang menampilkan penutur asli KSL.
Bagi pembelajar asing, fokus awal sebaiknya diletakkan pada penguasaan alfabet jari (fingerspelling) Korea, meskipun ini biasanya hanya digunakan untuk nama atau istilah asing, dan mempelajari isyarat-isyarat umum untuk percakapan sehari-hari. Memahami konteks budaya di balik komunikasi visual juga sangat membantu dalam menguasai bahasa isyarat tangan Korea.