Bahasa isyarat adalah medium komunikasi visual-spasial yang digunakan secara luas oleh komunitas Tuli di seluruh dunia. Meskipun sering diasosiasikan hanya dengan gerakan tangan, bahasa isyarat melibatkan ekspresi wajah, posisi tubuh, dan gerakan bibir yang terstruktur secara linguistik. Salah satu topik menarik dalam studi bahasa isyarat adalah sejauh mana terdapat kemiripan atau perbedaan antara satu bahasa isyarat dengan bahasa isyarat lainnya, terutama ketika kita membandingkan konsep seperti bahasa isyarat tangan sama sama.
Ilustrasi komunikasi non-verbal melalui tangan.
Keragaman dan Universalitas Bahasa Isyarat
Sering kali, orang awam mengira bahwa ada satu bahasa isyarat universal, serupa dengan bahasa Inggris atau Spanyol. Namun, kenyataannya jauh lebih kompleks. Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) jelas berbeda dari American Sign Language (ASL) atau British Sign Language (BSL). Perbedaan ini mirip dengan perbedaan antara bahasa lisan Indonesia dan bahasa lisan Inggris. Setiap bahasa isyarat memiliki tata bahasa, kosa kata, dan struktur sintaksisnya sendiri yang berevolusi secara alami dalam komunitas Tuli setempat.
Konsep bahasa isyarat tangan sama sama lebih relevan ketika kita membicarakan isyarat-isyarat yang bersifat deskriptif atau ikonik. Misalnya, isyarat untuk "makan" (menggerakkan tangan seolah memasukkan makanan ke mulut) cenderung memiliki kemiripan visual di berbagai bahasa isyarat karena sifatnya yang meniru aksi nyata. Demikian pula, beberapa konsep dasar seperti angka (terutama angka kecil) atau isyarat untuk objek alam (seperti matahari atau hujan) bisa menunjukkan tingkat kesamaan yang lebih tinggi, meskipun interpretasi akhirnya tetap berbeda.
Faktor yang Mempengaruhi Kesamaan
Kesamaan antara berbagai bahasa isyarat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama adalah isyarat alamiah atau ikonik, seperti yang telah disebutkan. Kedua adalah pengaruh kontak bahasa. Ketika komunitas Tuli dari latar belakang bahasa isyarat yang berbeda berinteraksi (misalnya, dalam konferensi internasional atau melalui media sosial), terjadi pinjaman isyarat atau kreolisasi, yang menghasilkan beberapa isyarat yang tampak sama sama digunakan.
Namun, perlu ditekankan bahwa isyarat yang terlihat mirip belum tentu memiliki makna yang identik. Dalam linguistik isyarat, tidak hanya bentuk tangan (konfigurasi), tetapi juga lokasi penempatan, gerakan, dan ekspresi non-manual (wajah) yang mendefinisikan sebuah isyarat. Dua isyarat mungkin terlihat identik dari segi bentuk tangan, tetapi jika lokasi dan gerakannya berbeda, maknanya bisa sangat bertentangan.
Peran Komunitas dalam Pembentukan Bahasa
Inti dari setiap bahasa isyarat adalah budaya dan komunitas yang menggunakannya. Bahasa isyarat tumbuh organik di lingkungan Tuli. Misalnya, BISINDO memiliki nuansa budaya Indonesia yang kuat, berbeda dengan isyarat dalam Bahasa Isyarat Jepang (JSL) yang mencerminkan aspek budaya Jepang. Oleh karena itu, meskipun ada beberapa isyarat universal dalam konsep dasar, klaim bahwa bahasa isyarat tangan sama sama secara keseluruhan di seluruh dunia adalah tidak akurat. Masing-masing merupakan sistem bahasa yang lengkap dan mandiri.
Memahami perbedaan ini sangat penting untuk komunikasi lintas budaya yang efektif. Bagi mereka yang ingin belajar bahasa isyarat, fokus pada bahasa isyarat spesifik di wilayah geografis mereka adalah langkah yang paling tepat. Meskipun mempelajari isyarat deskriptif yang bersifat umum mungkin membantu dalam situasi darurat, penguasaan penuh hanya dapat dicapai melalui pembelajaran bahasa isyarat lokal secara mendalam. Bahasa isyarat adalah jembatan, tetapi seperti jembatan lainnya, ia dibangun dengan cetak biru lokal yang unik.