Ilustrasi sederhana pergerakan isyarat dengan satu tangan.
Bahasa isyarat, secara umum, adalah sistem komunikasi visual yang menggunakan gerakan tangan, posisi tubuh, ekspresi wajah, dan gerakan mulut untuk menyampaikan makna. Namun, perlu dipahami bahwa tidak semua bahasa isyarat menggunakan kedua tangan secara simultan. Konsep bahasa isyarat satu tangan merujuk pada bahasa isyarat di mana mayoritas atau seluruh kosakata utamanya diekspresikan hanya menggunakan satu tangan, meskipun tangan non-dominan mungkin tetap berperan sebagai penstabil atau elemen gramatikal minor.
Salah satu contoh paling terkenal dari bahasa isyarat yang dominan menggunakan satu tangan adalah American Sign Language (ASL) atau, dalam konteks Indonesia, Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) yang banyak menggunakan satu tangan untuk banyak tanda dasar, meskipun Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) yang baku seringkali lebih fleksibel. Perlu diingat, terminologi "satu tangan" biasanya muncul dalam konteks perbandingan dengan bahasa isyarat yang sifatnya sangat bilateral (dua tangan), seperti BSL (British Sign Language) yang beberapa isyaratnya menuntut kedua tangan bekerja secara simetris.
Mengapa suatu bahasa isyarat cenderung mengadopsi format satu tangan? Jawabannya terletak pada evolusi linguistik, kebutuhan praktis, dan pengaruh bahasa lisan yang melingkupinya. Dalam banyak kasus, sistem isyarat yang berbasis pada satu tangan lebih mudah diadopsi oleh pemula atau mereka yang baru beralih dari bahasa lisan. Selain itu, lingkungan tertentu—misalnya, ketika seseorang memegang objek atau berada dalam ruang sempit—mengharuskan komunikasi yang lebih efisien menggunakan satu anggota badan saja.
Dalam sistem isyarat satu tangan, tangan dominan (biasanya tangan kanan bagi mayoritas orang) menjadi fokus utama. Tangan ini bertanggung jawab untuk membentuk konfigurasi tangan (handshape), menentukan lokasi (location), dan melakukan gerakan (movement) yang membawa makna leksikal. Tangan non-dominan, jika digunakan, seringkali berfungsi sebagai "landasan" atau "marker" untuk penanda tata bahasa, seperti menunjukkan arah atau menandai batas kalimat, bukan sebagai pembentuk tanda utama.
Perbedaan utama antara bahasa isyarat satu tangan dan dua tangan terletak pada kompleksitas visual dan ruang yang dibutuhkan untuk menyampaikan informasi. Bahasa isyarat dua tangan memungkinkan penggunaan simetri, gerakan berlawanan arah, atau pembentukan konfigurasi yang lebih rumit antara kedua tangan untuk membentuk satu konsep tunggal. Ini memberikan kekayaan visual yang luar biasa.
Sebaliknya, bahasa isyarat satu tangan mengandalkan variasi bentuk tangan yang lebih kaya (misalnya, perbedaan halus antara kepalan tangan, telapak terbuka, atau berbagai formasi jari) untuk membedakan kata. Meskipun tampak lebih terbatas, para ahli bahasa isyarat menunjukkan bahwa sistem satu tangan sama kayanya dalam hal ekspresifitas; mereka hanya menggunakan saluran yang berbeda. Mereka memaksimalkan ruang di depan tubuh dan kecepatan gerakan untuk mencapai kedalaman linguistik yang setara.
Bagi pendengar yang mempelajari bahasa isyarat, bahasa isyarat satu tangan sering kali dianggap lebih mudah dipelajari pada tahap awal karena fokusnya yang tunggal. Namun, bagi individu tuli atau komunitas yang sudah menggunakan bahasa isyarat secara penuh, kompleksitasnya tidak terletak pada jumlah tangan yang digunakan, melainkan pada kesatuan konteks budaya dan gramatikal bahasa tersebut.
Contoh Konfigurasi Tangan (Visualisasi Sederhana):
Intinya, baik menggunakan satu tangan maupun dua tangan, bahasa isyarat adalah bahasa yang utuh, kompleks, dan memiliki tata bahasa yang terstruktur. Bahasa isyarat satu tangan hanyalah salah satu variasi regional dan linguistik yang telah membuktikan efektivitasnya sebagai medium komunikasi yang kaya bagi komunitas tuli di seluruh dunia. Mengenali variasi ini penting untuk meningkatkan pemahaman dan inklusivitas terhadap keragaman komunikasi yang ada.