1, 2, 3... Visual Komunikasi Representasi visual bahasa isyarat angka

Memahami Bahasa Isyarat Nomor dalam Komunikasi

Bahasa isyarat merupakan sistem komunikasi visual-spasial yang kompleks dan kaya, digunakan oleh komunitas tuli dan sebagian pendengar di seluruh dunia. Salah satu elemen fundamental dalam bahasa isyarat adalah kemampuan untuk merepresentasikan angka—yaitu, bahasa isyarat nomor. Mempelajari bagaimana angka diisyaratkan tidak hanya penting untuk transaksi sehari-hari seperti berbelanja atau menentukan waktu, tetapi juga membuka pintu pemahaman yang lebih dalam mengenai struktur linguistik dari bahasa isyarat itu sendiri.

Perbedaan Signifikasi Angka

Hal pertama yang perlu dipahami adalah bahwa tidak ada satu pun "Bahasa Isyarat Universal." Sama seperti bahasa lisan, bahasa isyarat memiliki ragam regional dan nasional. Misalnya, Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) atau Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) akan memiliki cara penandatanganan angka yang berbeda dari American Sign Language (ASL) atau British Sign Language (BSL).

Dalam konteks penomoran, banyak bahasa isyarat menggunakan sistem yang didasarkan pada konfigurasi jari tangan (dakstilologi) yang mencerminkan sistem bilangan berbasis sepuluh. Untuk angka 1 hingga 10, ini sering kali melibatkan representasi visual yang cukup intuitif, di mana jumlah jari yang diacungkan berhubungan langsung dengan nilai numerik yang dimaksud.

Struktur Bahasa Isyarat Nomor 1 sampai 10

Angka-angka kecil (1 sampai 10) biasanya merupakan dasar dari semua sistem penomoran dalam bahasa isyarat. Sebagai contoh umum (berdasarkan pola yang sering ditemukan dalam banyak sistem):

Ketepatan bentuk tangan (handshape), orientasi telapak tangan (palm orientation), gerakan (movement), dan lokasi (location) menjadi krusial. Kesalahan kecil dalam orientasi tangan bisa mengubah angka yang dimaksud, misalnya dari '6' menjadi '9' dalam beberapa sistem.

Penomoran di Atas Sepuluh

Setelah angka sepuluh, strategi penandatanganan mulai menunjukkan variasi yang lebih besar. Ada dua pendekatan utama yang dominan:

  1. Sistem Penghitungan Manual (Fingerspelling Numerik): Dalam sistem ini, angka yang lebih besar dari sepuluh (misalnya 15, 27, 100) diisyaratkan menggunakan kombinasi isyarat angka dasar, seringkali mengacu pada posisi puluhan dan satuan. Misalnya, angka 25 bisa diisyaratkan dengan isyarat untuk '2' diikuti dengan isyarat untuk '5', atau melalui isyarat khusus untuk '20' diikuti '5'.
  2. Sistem Angka "Dewasa": Banyak bahasa isyarat memiliki isyarat khusus yang sudah ditetapkan untuk angka-angka yang sering digunakan, seperti bilangan belasan (11 sampai 19), yang mungkin memiliki gerakan atau konfigurasi tangan unik yang berbeda dari sekadar mengacu pada angka 1 dan kemudian angka 1.

Memahami sistem nomor dalam bahasa isyarat sangat penting untuk literasi numerik komunitas tuli. Tanpa pemahaman yang kuat mengenai bahasa isyarat nomor, komunikasi mengenai informasi kuantitatif seperti tanggal lahir, harga, atau alamat menjadi terhambat secara signifikan. Ini menekankan bahwa bahasa isyarat bukan sekadar pengganti kata-kata lisan, melainkan bahasa utuh dengan tata bahasa dan kosakata visualnya sendiri.

Oleh karena itu, bagi siapa pun yang ingin berkomunikasi secara inklusif dengan komunitas tuli, menguasai bahasa isyarat nomor adalah langkah awal yang fundamental dan penuh hormat terhadap keragaman cara manusia berkomunikasi.