Surat At-Taubah Ayat 128 dan Artinya

💡 Bimbingan Ilahi

Ilustrasi representasi bimbingan dan kemudahan dalam mencari kebenaran.

Teks Asli (Arab)

لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

Latin

Laqad jā'akum rasūlum min anfusikum 'azīzun 'alaihi mā 'anittum ḥarīṣun 'alaikum bil-mu'minīna ra'ūfur raḥīm(un).

Artinya (Terjemahan Bahasa Indonesia)

"Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, yang berat terasa olehnya penderitaanmu, yang sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, yang berlimpah kasih sayangnya terhadap orang-orang mukmin."

Penjelasan dan Konteks Ayat

Surat At-Taubah ayat 128 adalah salah satu ayat yang memuat pujian agung terhadap pribadi Nabi Muhammad SAW. Ayat ini merupakan penutup dari beberapa ayat sebelumnya yang membahas tentang pentingnya mengikuti petunjuk Nabi dan menjauhi kemunafikan serta kesesatan. Ayat ini secara spesifik menyoroti sifat-sifat mulia beliau yang menjadi rahmat besar bagi umat manusia, khususnya bagi orang-orang yang beriman.

Ayat ini diawali dengan penegasan: "Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri...". Frasa "dari kaummu sendiri" mengandung makna kedekatan emosional dan pemahaman mendalam. Nabi Muhammad SAW berasal dari suku Quraisy, sama seperti kaumnya di Mekah dan Madinah. Hal ini menghilangkan keraguan bahwa ajaran yang dibawa adalah sesuatu yang asing atau dipaksakan dari luar. Beliau mengetahui betul adat istiadat, kesulitan, dan cara berpikir mereka, sehingga pesan dakwah dapat diterima dengan lebih mudah, meskipun pada awalnya mendapat penolakan keras.

Sifat-Sifat Utama Nabi dalam Ayat 128

Tiga sifat utama Nabi Muhammad SAW ditekankan dalam ayat ini, menunjukkan kedalaman perhatian beliau terhadap umatnya:

  1. 'Azīzun 'alaihi mā 'anittum (Berat terasa baginya penderitaanmu): Ini menunjukkan empati yang luar biasa. Setiap kesulitan, kesengsaraan, atau kesesatan yang menimpa umatnya terasa menyakitkan bagi hati Rasulullah SAW. Beliau tidak bersikap acuh tak acuh terhadap penderitaan pengikutnya.
  2. Ḥarīṣun 'alaikum (Sangat menginginkan/bersemangat bagimu): Kata 'harīṣ' menunjukkan tingkatan keinginan yang sangat tinggi. Keinginan beliau bukan hanya agar umatnya selamat dari siksa duniawi, tetapi terutama agar mereka mendapatkan petunjuk menuju kebahagiaan hakiki di akhirat. Keinginan ini murni dan tanpa pamrih.
  3. Bil-Mu'minīna Ra'ūfur Raḥīm (Terhadap orang-orang mukmin, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang): Dua kata kunci ini, Ra'ūf (sangat kasih sayang) dan Raḥīm (penuh rahmat), menegaskan bahwa meskipun beliau keras terhadap kemaksiatan demi menjaga kemurnian iman, sifat dasarnya terhadap orang yang telah beriman adalah kasih sayang yang tiada batas. Ini adalah penutup yang menenangkan dan memberikan jaminan perlindungan ilahi melalui figur Nabi.

Pelajaran bagi Umat Islam

Ayat 128 Surat At-Taubah bukan sekadar pujian historis, melainkan sebuah pedoman moral. Pertama, ayat ini mengajarkan pentingnya meneladani empati dan kepedulian seorang pemimpin terhadap rakyatnya. Seorang pemimpin sejati akan merasa sedih atas kesusahan umatnya. Kedua, ia mengingatkan bahwa tujuan utama dakwah adalah membawa kebaikan dan keselamatan bagi sesama, sebagaimana yang ditunjukkan oleh kesungguhan Nabi SAW dalam menginginkan keimanan dan keselamatan bagi setiap mukmin.

Memahami ayat ini mendorong umat Islam untuk mencintai Rasulullah SAW bukan hanya secara lisan, tetapi juga dengan meneladani akhlaknya yang terpuji. Ketika kita menghadapi tantangan iman, mengingat betapa besarnya kasih sayang Nabi—yang bahkan menanggung beban penderitaan kita—menjadi sumber kekuatan dan motivasi untuk tetap teguh di jalan yang diridai Allah SWT. Keselamatan dan rahmat Allah SWT terwujud melalui perantaraan kerasulan beliau yang penuh kasih sayang tersebut.