Bahan bakar diesel, sering juga disebut minyak solar, adalah salah satu jenis bahan bakar cair yang paling vital dalam perekonomian global. Berbeda dengan bensin yang menggunakan busi untuk menyalakan campuran udara dan bahan bakar, diesel bekerja berdasarkan prinsip kompresi tinggi. Mesin diesel (mesin penyala kompresi) mengandalkan panas yang dihasilkan dari pemampatan udara hingga mencapai suhu yang sangat tinggi, yang kemudian menyulut injeksi bahan bakar diesel.
Secara kimiawi, bahan bakar diesel memiliki rantai karbon yang lebih panjang dan lebih berat dibandingkan bensin. Hal ini menyebabkan nilai kalornya (energi per volume) lebih tinggi, menjadikannya pilihan yang efisien untuk mesin-mesin yang membutuhkan daya tahan dan torsi besar.
Di pasaran, terutama di Indonesia, terdapat beberapa jenis bahan bakar diesel yang diklasifikasikan berdasarkan angka setana (cetane number) dan kandungan sulfurnya. Angka setana menunjukkan kualitas penyalaan bahan bakar; semakin tinggi angkanya, semakin cepat bahan bakar terbakar setelah disemprotkan.
Popularitas bahan bakar diesel tidak terlepas dari keunggulan intrinsik yang ditawarkan oleh mesin diesel itu sendiri. Keunggulan ini menjadikannya tulang punggung industri berat, logistik, dan energi.
Bahan bakar diesel menjadi pilihan utama di berbagai sektor:
Meskipun efisien, bahan bakar diesel secara historis memiliki reputasi sebagai penghasil emisi berbahaya, terutama partikulat (jelaga) dan nitrogen oksida (NOx). Pembakaran diesel menghasilkan asap hitam yang mengandung Karbon Monoksida (CO), Hidrokarbon (HC), dan Partikulat Matter (PM).
Untuk mengatasi hal ini, regulasi lingkungan global telah mendorong perkembangan teknologi bahan bakar dan mesin. Penggunaan bahan bakar dengan kandungan sulfur sangat rendah (Ultra Low Sulfur Diesel/ULSD) dan adopsi biodiesel yang masif (seperti program B30 atau B40 di Indonesia) adalah upaya signifikan untuk mengurangi jejak karbon dan polusi udara. Selain itu, sistem pasca-pengolahan gas buang pada mesin modern (seperti DPF dan SCR) berperan penting dalam meminimalisir emisi berbahaya sebelum dilepaskan ke atmosfer, memastikan bahwa bahan bakar diesel tetap relevan dalam transisi energi menuju masa depan yang lebih hijau.