Surah At-Taubah, yang juga dikenal sebagai Surah Bara'ah (Pelepasan), mengandung banyak pelajaran penting mengenai kepemimpinan, perjanjian, dan pertanggungjawaban. Di tengah ayat-ayat tersebut, terdapat firman Allah SWT dalam ayat ke-105 yang menyoroti prinsip fundamental dalam kehidupan seorang Muslim: **tindakan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.** Ayat ini menjadi pengingat abadi mengenai pentingnya integritas dalam setiap langkah yang kita ambil.
Ayat 105 At-Taubah secara tegas membagi pengawasan amal perbuatan manusia menjadi tiga entitas: Allah (Sang Pencipta), Rasulullah SAW (Panutan), dan kaum Mukminin (Komunitas). Ini menunjukkan bahwa amal kita tidak hanya dinilai secara vertikal oleh Tuhan, tetapi juga diawasi secara horizontal oleh masyarakat beriman.
Perintah "Bekerjalah kamu" (إعملوا) adalah seruan universal untuk produktivitas, bukan sekadar amal ibadah ritual semata. Ia mencakup seluruh aspek kehidupan: profesionalisme, kejujuran dalam berdagang, pengabdian dalam keluarga, hingga kepedulian sosial. Ketika kita bekerja dengan sungguh-sungguh dan ikhlas, kita tidak hanya memenuhi kewajiban duniawi, tetapi juga sedang 'dipamerkan' di hadapan tiga saksi utama.
Allah Maha Melihat (فسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ). Pengawasan ini bersifat absolut, mengetahui niat tersembunyi yang bahkan tidak mampu kita ungkapkan sepenuhnya. Niat yang murni (ikhlas) menjadi penentu utama kualitas amal tersebut. Jika pekerjaan dilakukan karena mencari pujian manusia semata, dampaknya akan berbeda dengan pekerjaan yang dilakukan semata-mata karena ketaatan kepada Sang Pencipta.
Sementara itu, pengawasan Rasulullah SAW dan orang-orang mukmin memberikan dimensi sosial. Rasulullah adalah standar kesempurnaan perilaku. Ketika kita menyadari bahwa amal kita dilihat oleh teladan kita (Rasul), motivasi kita akan terdorong untuk mencapai standar etika dan moral tertinggi. Komunitas mukminin berfungsi sebagai cermin kolektif; keberanian kita untuk berbuat baik di ruang publik akan meningkat ketika kita tahu bahwa sesama saudara seiman mengamati dan membenarkan perbuatan baik tersebut.
Puncak dari ayat ini adalah kepastian akan pertanggungjawaban akhir: "Dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata." Allah SWT tidak hanya mengetahui apa yang kita lakukan (yang nyata/syahadah), tetapi juga apa yang kita rencanakan, apa yang kita sembunyikan di relung hati (yang gaib).
Tahap ini adalah penegasan bahwa tidak ada perbuatan sekecil apapun yang luput dari perhitungan-Nya. Pada hari kiamat, Allah akan membukakan catatan tersebut dan memberikan balasan yang setimpal. Inilah yang membuat seorang Muslim harus senantiasa waspada, bukan karena takut dihukum secara sewenang-wenang, melainkan karena yakin bahwa perhitungan-Nya adalah keadilan yang sempurna.
Implementasi ayat ini dalam kehidupan modern sangat relevan. Dalam era digital di mana banyak hal dilakukan secara anonim, ayat ini mengingatkan bahwa tidak ada tempat bersembunyi dari pengawasan Allah.
Ayat 105 Surah At-Taubah adalah panggilan untuk hidup secara sadar (muraqabah). Ia menuntut keselarasan antara ucapan, perbuatan, dan niat hati, karena pada akhirnya, semua akan dipertanggungjawabkan di hadapan Sang Maha Adil.