Ilustrasi: Potensi produksi ayam petelur yang telah melewati masa puncak.
Dalam dunia peternakan ayam petelur, istilah 'afkir' merujuk pada ayam yang telah melewati puncak masa produktivitasnya dalam bertelur. Biasanya, ayam petelur komersial akan memasuki masa afkir setelah periode produksi yang optimal, yang umumnya berlangsung sekitar 1.5 hingga 2 tahun. Kondisi fisik, kesehatan, dan tingkat reproduksi mereka mulai menurun, sehingga dianggap tidak lagi ekonomis untuk dipelihara demi produksi telur konsumsi. Namun, pertanyaan yang sering muncul di benak para peternak adalah: apakah ayam petelur afkir benar-benar tidak bisa bertelur kembali? Mungkinkah dengan perawatan dan strategi yang tepat, mereka masih bisa memberikan kontribusi telur?
Ayam petelur adalah hewan yang memiliki siklus reproduksi alami. Selama masa produktifnya, mereka akan bertelur secara rutin, dipengaruhi oleh faktor genetik, nutrisi, manajemen kandang, serta siklus cahaya. Ketika ayam mencapai usia tertentu atau mengalami kondisi yang memicu penurunan fungsi reproduksi, mereka memasuki fase 'afkir'. Penurunan ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penuaan organ reproduksi, kekurangan nutrisi kronis, stres lingkungan, atau penyakit. Pada titik ini, produksi telur mereka akan sangat berkurang, bahkan bisa berhenti sama sekali.
Meskipun 'afkir' sering kali berkonotasi akhir, bukan berarti tidak ada peluang sama sekali. Beberapa faktor kunci dapat memengaruhi apakah ayam petelur afkir masih memiliki potensi untuk bertelur:
Bagi peternak yang ingin mencoba memanfaatkan potensi ayam afkir, beberapa strategi bisa diterapkan:
Penting untuk diingat bahwa keberhasilan merangsang ayam petelur afkir untuk bertelur kembali sangat bervariasi. Ini bukanlah jaminan, melainkan sebuah usaha untuk memaksimalkan potensi yang ada. Ayam yang berhasil bertelur kembali mungkin tidak akan menghasilkan jumlah telur sebanyak masa puncak produktivitasnya. Kualitas cangkang telur juga bisa berbeda.
Namun, jika berhasil, strategi ini dapat memberikan beberapa keuntungan. Pertama, mengurangi kerugian karena menjual ayam afkir dengan harga yang rendah. Kedua, memanfaatkan sisa produktivitas untuk menambah pasokan telur, meskipun dalam jumlah terbatas. Ketiga, mengurangi limbah dari pengelolaan ayam yang sudah tidak produktif.
Secara teknis, ayam petelur afkir yang mengalami penurunan produksi telur masih memiliki kemungkinan untuk bertelur kembali, terutama jika penyebab afkirnya bukan karena penuaan organ reproduksi yang permanen. Dengan intervensi yang tepat dalam hal nutrisi, manajemen lingkungan, kesehatan, dan mungkin memanfaatkan periode molting, beberapa ayam dapat menunjukkan peningkatan produksi. Namun, peternak perlu memiliki ekspektasi yang realistis, karena kuantitas dan kualitas telur yang dihasilkan mungkin tidak akan sebaik masa kejayaannya. Upaya ini lebih bersifat optimalisasi sumber daya yang ada.