Ketika berbicara tentang ayam pelung, umumnya yang terlintas di benak adalah kokokannya yang panjang, merdu, dan berirama khas. Suara ini sering diasosiasikan dengan ayam jantan pelung yang bertugas sebagai "alarm" alami di pagi hari. Namun, pernahkah Anda mendengar tentang ayam pelung betina berkokok? Fenomena ini memang tidak seumum kokok ayam jantan, tetapi keberadaannya cukup menarik perhatian dan seringkali memunculkan rasa penasaran di kalangan para penggemar unggas, terutama peternak ayam pelung.
Ayam pelung sendiri merupakan salah satu ras ayam asli Indonesia yang berasal dari daerah Cianjur, Jawa Barat. Keunikan ayam pelung tidak hanya terletak pada postur tubuhnya yang besar dan gagah, tetapi juga pada suara kokoknya yang khas. Ayam jantan pelung terkenal dengan suara "peloong" yang sangat panjang, bisa mencapai 5-12 detik bahkan lebih, dengan nada yang berirama dan jernih. Kokok inilah yang menjadi ciri utama dan daya tarik utama dari ras ayam ini.
Secara biologis, kemampuan berkokok secara dominan dimiliki oleh ayam jantan. Hal ini berkaitan dengan peran reproduktif dan teritorial mereka. Kokok ayam jantan berfungsi untuk menandai wilayah kekuasaan, menarik perhatian betina, serta memberikan peringatan kepada jantan lain. Namun, sistem reproduksi ayam, termasuk mekanisme produksi suara, cukup kompleks dan dapat menunjukkan variasi.
Dalam kasus ayam pelung betina berkokok, ada beberapa faktor yang mungkin berkontribusi:
Perlu dicatat bahwa kokok dari ayam pelung betina biasanya tidak sejelas, sepanjang, atau semerdu kokok ayam jantan pelung. Suaranya cenderung lebih pendek, bernada lebih tinggi, dan terkadang terdengar seperti "cemas" atau "cengkokan" yang unik, namun tetap saja cukup untuk membedakannya dari suara "kotek" atau "kukuruyuk" biasa.
Keberadaan ayam pelung betina berkokok seringkali dianggap sebagai suatu keunikan tersendiri. Bagi sebagian peternak, ini bisa menjadi pemandangan yang menarik dan sedikit membingungkan. Namun, di beberapa kalangan, fenomena ini justru dicari karena dianggap membawa keberuntungan atau sebagai simbol keberagaman dalam kawanan ayam pelung.
Secara praktis, jika seekor ayam pelung betina menunjukkan perilaku berkokok, biasanya tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan selama kondisi fisiknya sehat dan tidak ada tanda-tanda stres yang parah. Pengamatan lebih lanjut terhadap perilakunya dapat membantu memahami alasan di balik fenomena ini. Apakah ia menunjukkan tanda-tanda mencari perhatian, berusaha melindungi kawanan, atau sekadar meniru?
Bagi para peternak ayam pelung yang fokus pada kontes atau penjualan bibit unggul, kokok betina ini mungkin tidak menjadi prioritas utama. Fokus utama tetap pada kualitas kokok ayam jantan yang menjadi daya tarik utama ras pelung. Namun, sebagai sebuah fenomena biologis dan perilaku, kokok dari ayam pelung betina tetap merupakan bagian dari kekayaan variasi yang ada pada ras unggas Indonesia yang membanggakan ini.
Memahami berbagai aspek tentang ayam pelung, termasuk fenomena yang jarang terjadi seperti ayam pelung betina berkokok, dapat memperkaya pengetahuan kita tentang dunia peternakan unggas dan keanekaragaman hayati yang ada. Fenomena ini mengingatkan kita bahwa alam seringkali menyimpan kejutan dan keunikan yang tak terduga.