Nutrisi adalah fondasi utama dalam peternakan unggas, baik itu ayam pedaging (broiler), ayam petelur (layer), maupun unggas jenis lain. Di antara berbagai komponen nutrisi, protein—yang tersusun dari rantai asam amino—memegang peranan sentral. Namun, tidak semua asam amino diciptakan sama. Terdapat kelompok khusus yang disebut **asam amino esensial**.
Asam amino esensial adalah blok bangunan protein yang tidak dapat disintesis (diproduksi) oleh tubuh unggas dalam jumlah yang memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolisme, pertumbuhan, dan produksi mereka. Oleh karena itu, asam amino ini mutlak harus dipasok melalui pakan. Kekurangan salah satu asam amino esensial dapat menghambat sintesis protein secara keseluruhan, yang berujung pada penurunan laju pertumbuhan, efisiensi pakan yang buruk, produksi telur yang rendah, dan bahkan penurunan sistem kekebalan tubuh.
Untuk mencapai performa optimal dalam budidaya, formulasi pakan harus seimbang, memastikan bahwa semua kebutuhan asam amino esensial terpenuhi sesuai fase kehidupan unggas.
Meskipun ada banyak asam amino, setidaknya ada sepuluh yang dianggap sangat penting dan sering menjadi batasan dalam formulasi pakan unggas. Ketersediaan ideal dari asam amino ini secara langsung mempengaruhi konversi pakan (FCR) dan pertambahan berat badan harian (ADG).
Berikut adalah daftar asam amino esensial yang wajib ada dalam diet unggas:
Kebutuhan asam amino unggas bervariasi tergantung pada spesies, galur (strain), usia, jenis kelamin, dan tujuan produksi (pedaging atau petelur). Secara tradisional, nutrisi unggas mengacu pada kebutuhan protein kasar total. Namun, praktik modern telah bergeser fokus ke 'Diet Berbasis Asam Amino Tercerna' (Digestible Amino Acid Basis).
Bahan baku seperti bungkil kedelai menyediakan protein yang baik, namun kandungan asam aminonya mungkin tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan unggas modern yang sangat produktif. Oleh karena itu, dibutuhkan penambahan suplemen.
Untuk mengatasi kekurangan spesifik, terutama Lisin dan Metionin, industri pakan banyak menggunakan asam amino murni yang diproduksi melalui proses fermentasi. Penambahan suplemen ini memungkinkan ahli nutrisi untuk:
Penting untuk diingat bahwa asam amino bekerja secara sinergis. Kelebihan satu asam amino esensial (misalnya, Lisin) dapat menyebabkan defisiensi relatif pada asam amino lain (misalnya, Arginin) jika keseimbangan keseluruhan tidak terjaga. Inilah mengapa formulasi harus selalu memperhatikan rasio antar asam amino, bukan hanya level absolutnya.
Kesimpulannya, penguasaan formulasi berdasarkan asam amino esensial adalah kunci untuk memaksimalkan potensi genetik unggas, memastikan kesehatan optimal, serta meningkatkan profitabilitas peternakan di tengah tantangan lingkungan dan efisiensi biaya pakan.