Keajaiban Aksara Korea Selatan: Hangeul yang Ilmiah

Representasi Sederhana Aksara Hangeul Hangeul (한글)

Visualisasi beberapa komponen dasar Aksara Korea Selatan (Hangeul).

Aksara Korea Selatan, yang dikenal secara universal sebagai Hangeul (한글), adalah salah satu sistem penulisan paling unik dan logis di dunia. Berbeda dengan aksara berbasis logogram seperti Hanzi (Tiongkok) atau sistem abjad penuh seperti Latin, Hangeul adalah sistem alfabetis yang disusun secara silabik. Keindahan Hangeul tidak hanya terletak pada bentuknya yang sederhana namun elegan, tetapi juga pada filosofi penciptaannya yang didasarkan pada ilmu pengetahuan dan pengamatan alam semesta.

Sejarah penciptaan Hangeul adalah kisah luar biasa tentang keinginan seorang raja untuk memberdayakan rakyatnya. Sebelum Hangeul diciptakan, masyarakat Korea menggunakan aksara Tiongkok klasik (Hanja) untuk menulis. Namun, karena kompleksitas Hanja, mayoritas rakyat jelata (yang disebut 'mindeul' atau rakyat biasa) tidak mampu mengakses pendidikan atau mencatat urusan mereka. Situasi ini menciptakan kesenjangan sosial dan informasi yang signifikan.

Kelahiran Raja Sejong yang Agung dan Hangeul

Pada abad ke-15, Raja Sejong yang Agung dari Dinasti Joseon merasa prihatin mendalam atas kondisi ini. Ia percaya bahwa setiap warga negara, terlepas dari status sosialnya, harus mampu membaca dan menulis. Keinginan inilah yang mendorongnya untuk mensponsori penciptaan sebuah sistem penulisan baru. Proyek ini dikerjakan secara rahasia oleh sekelompok cendekiawan di Jiphyeonjeon (Balai Cendekiawan) dan akhirnya diperkenalkan kepada publik pada tahun 1446 di bawah nama Hunminjeongeum, yang berarti "Bunyi yang Tepat untuk Mengajari Rakyat."

Apa yang membuat Hangeul begitu istimewa adalah prinsip desainnya. Raja Sejong dan timnya merancang konsonan berdasarkan bentuk organ bicara manusia saat mengucapkan bunyi tersebut. Misalnya:

Sistem Vokal yang Mencerminkan Kosmos

Sementara konsonan berakar pada anatomi manusia, vokal Hangeul didasarkan pada tiga elemen filosofis utama yang mewakili alam semesta:

  1. • (Titik/Matahari) yang melambangkan Langit (Yang).
  2. ㅡ (Garis Horizontal/Bumi) yang melambangkan Bumi (Yin).
  3. ㅣ (Garis Vertikal/Manusia) yang melambangkan Manusia yang berada di antara langit dan bumi.

Dengan mengombinasikan elemen-elemen dasar ini—dan menambahkan garis-garis sederhana untuk menunjukkan variasi bunyi—lahirlah seluruh set vokal Hangeul. Misalnya, vokal 'ㅏ' (A) terbentuk dari titik matahari (•) di atas garis horizontal (ㅡ), yang kemudian berkembang menjadi desain yang lebih proporsional seiring waktu. Kombinasi konsonan dan vokal ini kemudian disusun menjadi blok suku kata yang rapi dan mudah dibaca, menjadikannya efisien untuk penulisan.

Perbedaan dengan Sistem Penulisan Lain

Hangeul sangat berbeda dari sistem yang mengandalkan memori visual yang luas. Karena sifatnya yang fonetik dan sistematis, seorang pembelajar dapat menguasai dasar-dasar Hangeul hanya dalam beberapa jam atau hari. Kemudahan ini telah menjadi katalisator utama bagi tingkat literasi yang hampir 100% di Korea Selatan hari ini. Meskipun Hanja (aksara Tiongkok) masih kadang-kadang digunakan dalam konteks akademis, hukum, atau untuk menghilangkan ambiguitas homonim, Hangeul adalah tulang punggung komunikasi tertulis modern Korea Selatan.

Pengakuan internasional terhadap kehebatan Hangeul tidak perlu diragukan lagi. UNESCO bahkan menganugerahi Penghargaan Raja Sejong untuk Literasi kepada pihak yang berkontribusi dalam pemberantasan buta huruf, sebagai penghormatan atas warisan aksara yang diciptakan oleh Raja Sejong. Hangeul adalah bukti nyata bahwa desain yang baik, didasari oleh tujuan mulia dan pemikiran logis, dapat mengubah nasib suatu bangsa, menjadikannya salah satu pencapaian linguistik terbesar di dunia modern.