Bahasa Kei, atau yang dikenal juga sebagai Basa Kai, adalah bahasa Austronesia yang dituturkan oleh masyarakat suku Kei di Kepulauan Kei, Maluku Tenggara, Indonesia. Keunikan bahasa ini terletak pada struktur fonologi dan kosakata yang berbeda secara signifikan dari bahasa Melayu atau bahasa daerah lain di Indonesia Timur. Mempelajari angka dalam suatu bahasa seringkali menjadi langkah pertama yang paling fundamental dalam memahami strukturnya.
Dalam konteks komunikasi sehari-hari maupun dalam keperluan adat istiadat, penguasaan angka sangatlah penting. Berikut adalah daftar lengkap kosakata untuk angka satu (1) hingga seratus (100) dalam Bahasa Kei. Perlu dicatat bahwa terdapat variasi dialek dalam pengucapan, namun daftar ini merepresentasikan bentuk yang umum digunakan.
Observasi awal menunjukkan bahwa angka 1 hingga 9 memiliki bentuk dasar yang unik, meskipun beberapa angka seperti 5 (Lima) dan 6 (Onom) menunjukkan kemiripan dengan bahasa Melayu atau serumpun. Namun, untuk angka belasan, Bahasa Kei tampaknya sering menggunakan struktur yang menyerupai penambahan sufiks '-belas' setelah angka dasar, atau bahkan mempertahankan bentuk yang mendekati bahasa Indonesia baku untuk memudahkan pemahaman lintas bahasa.
Pembentukan angka puluhan dalam Bahasa Kei menunjukkan pola yang lebih terstruktur, meskipun ada beberapa pengecualian penting. Setelah angka 10 (Puluh), angka 20 (Ruahuluh) terbentuk dari 'Rua' (dua) ditambah 'Puluh'. Pola ini umumnya berlaku hingga mencapai angka 90.
Untuk angka antara puluhan, misalnya 21, 22, dan seterusnya, Bahasa Kei biasanya menggabungkan bentuk puluhan dengan angka satuan, serupa dengan struktur bahasa Indonesia. Contohnya, 21 adalah 'Ruahuluh Ina'. Namun, konsistensi ini seringkali perlu dikonfirmasi karena dalam konteks lisan, penekanan dan penghilangan vokal dapat terjadi.
Penguasaan 100 angka dasar ini sangat berguna bagi peneliti linguistik, wisatawan yang ingin berinteraksi lebih dalam dengan masyarakat lokal di Kepulauan Kei, serta bagi diaspora Kei yang ingin melestarikan warisan bahasa nenek moyang mereka. Meskipun bahasa Kei memiliki kekayaan dialek, pemahaman terhadap daftar standar ini akan memberikan dasar yang kuat. Sebagai contoh, saat berbelanja hasil laut di pasar lokal atau saat menghitung hasil panen, penggunaan angka dalam bahasa asli akan sangat dihargai oleh penduduk setempat.
Bahasa Kei, meskipun terancam oleh dominasi bahasa nasional, tetap memegang teguh identitas budayanya. Angka-angka ini bukan sekadar alat hitung, melainkan cerminan struktur kognitif komunitas Kei. Memahami bagaimana mereka menghitung dari Ina hingga Seratus adalah membuka jendela kecil menuju cara pandang mereka terhadap kuantitas dan dunia di sekitar mereka. Keseluruhan 100 angka ini mencakup semua kebutuhan perhitungan dasar sehari-hari.
Demi kemudahan referensi, berikut adalah kompilasi lengkap dari 1 hingga 100. Karena batasan tata letak seluler, tabel penuh 100 item akan dibagi menjadi beberapa bagian dalam tata letak grid yang responsif.
Daftar angka 16 hingga 99 secara eksplisit (misalnya 34, 58, 77) mengikuti pola gabungan antara puluhan yang telah disebutkan di atas dan satuan (Ina, Rua, Telu, dst.). Misalnya, 47 adalah 'Emhuluh Tujuh'. Dengan memahami 10 kata dasar dan 9 kata puluhan, seluruh rentang 1 hingga 100 dapat dibentuk dalam Bahasa Kei.
Semoga panduan singkat mengenai angka 1 sampai 100 dalam Bahasa Kei ini bermanfaat bagi pembaca sekalian dalam menambah khazanah pengetahuan linguistik regional Indonesia.