Ayam Jawa, salah satu jenis unggas lokal yang paling populer di Indonesia, memiliki siklus hidup yang menarik dan penuh dengan tahapan penting. Memahami umur ayam Jawa sampai mati bukan hanya soal mengetahui angka, tetapi juga mengapresiasi setiap fase pertumbuhannya, mulai dari telur hingga usia produktif dan akhirnya mencapai akhir hayatnya. Pengetahuan ini sangat krusial bagi para peternak, penghobi, maupun siapa saja yang berinteraksi dengan ayam jenis ini.
Perjalanan ayam Jawa dimulai dari sebuah telur. Setelah proses fertilisasi dan dierami selama kurang lebih 21 hari, telur akan menetas. Anak ayam yang baru menetas ini dikenal sebagai Day Old Chick (DOC). Pada fase ini, mereka sangat rentan dan membutuhkan perhatian ekstra. Indukan atau pemanas buatan sangat penting untuk menjaga suhu tubuh mereka tetap stabil. Ayam Jawa pada usia ini memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat, ditandai dengan bulu halus yang mulai tumbuh dan kemampuan bergerak yang semakin baik.
Dalam empat minggu pertama kehidupannya, anak ayam Jawa memasuki fase 'starter'. Kebutuhan nutrisi mereka sangat tinggi untuk mendukung perkembangan tulang, organ, dan otot. Pakan khusus starter yang kaya protein sangat direkomendasikan. Pada tahap ini, penampilan mereka berubah drastis, bulu halus berganti dengan bulu yang lebih kasar dan warna mulai terlihat jelas sesuai dengan jenisnya. Mereka mulai belajar beradaptasi dengan lingkungan, makan, dan minum secara mandiri.
Memasuki usia empat minggu hingga sekitar 16 minggu, ayam Jawa berada dalam fase 'grower' atau pembesaran. Pertumbuhan mereka masih pesat, meskipun tidak secepat fase starter. Kebutuhan nutrisi mereka mulai bergeser, dengan fokus pada energi dan protein untuk pertumbuhan badan. Pada fase ini, perbedaan jenis kelamin mulai terlihat, misalnya dari ukuran jengger atau gelambir. Ayam siap untuk dipindahkan ke kandang yang lebih luas seiring dengan pertambahan ukuran tubuh mereka. Kualitas pakan di fase ini sangat menentukan kerangka dan ukuran ayam saat dewasa.
Ayam Jawa betina biasanya mulai memasuki masa bertelur pada usia sekitar 5-6 bulan (20-24 minggu). Periode ini disebut fase 'layer'. Kualitas pakan yang diberikan harus disesuaikan untuk mendukung produksi telur yang optimal. Kalsium menjadi mineral penting pada fase ini. Seekor ayam Jawa betina yang sehat dapat bertelur secara rutin selama beberapa tahun, meskipun intensitas produksi telur akan menurun seiring bertambahnya usia. Rata-rata, ayam Jawa betina bisa produktif hingga usia 2-3 tahun sebelum produksi telurnya mulai tidak ekonomis.
Ayam Jawa jantan, atau yang dikenal sebagai ayam jago, juga mencapai kematangan seksual pada usia yang kurang lebih sama dengan betina, yaitu sekitar 5-6 bulan. Namun, tujuan utama pemeliharaan ayam jago seringkali bukan untuk produksi telur, melainkan untuk menjaga keturunan atau sebagai ayam aduan (tergantung budaya dan tujuan pemeliharaan). Ayam jago terus tumbuh dan berkembang hingga mencapai ukuran maksimalnya, dengan jengger dan gelambir yang semakin besar dan berwarna cerah. Bentuk fisik yang gagah dan suara kokok yang nyaring menjadi ciri khasnya.
Sama seperti makhluk hidup lainnya, ayam Jawa memiliki umur ayam Jawa sampai mati yang bervariasi. Secara umum, ayam Jawa memiliki rata-rata harapan hidup sekitar 5 hingga 10 tahun jika dipelihara dengan baik di lingkungan yang kondusif, bebas dari penyakit, dan mendapatkan nutrisi yang cukup. Namun, banyak faktor yang dapat mempengaruhi umur ayam Jawa sampai mati, termasuk genetik, kualitas perawatan, pola makan, manajemen kandang, serta ada tidaknya penyakit atau serangan predator.
Ayam yang dipelihara untuk tujuan konsumsi daging biasanya dipanen pada usia antara 2-4 bulan. Sementara itu, ayam yang dipelihara untuk tujuan reproduksi atau kontes akan dipelihara lebih lama. Ayam betina yang sudah tidak produktif bertelur secara ekonomis masih bisa dipelihara untuk dikonsumsi dagingnya, meskipun dagingnya cenderung lebih alot. Ayam jantan yang sudah tua juga masih memiliki nilai, terutama jika ia memiliki garis keturunan unggul.
Memahami seluruh siklus hidup, dari DOC hingga akhir hayat, memungkinkan peternak untuk memberikan perawatan yang paling sesuai pada setiap tahapan. Ini tidak hanya akan memaksimalkan potensi ayam, tetapi juga memastikan kesejahteraan mereka sepanjang hidupnya. Akhir dari siklus kehidupan ayam Jawa, seperti halnya semua makhluk hidup, adalah bagian alami dari keberadaan mereka, dan dengan pemahaman yang baik, kita dapat menghargai peran mereka dalam ekosistem peternakan dan budaya kita.