Representasi visual sederhana dari pelepasan uap bensin.
Uap bensin, atau dalam istilah teknis disebut hidrokarbon volatil, adalah fenomena sehari-hari yang sering kita abaikan. Bau khas yang tajam dan menusuk hidung saat kita mengisi bahan bakar di SPBU adalah manifestasi paling jelas dari keberadaan uap ini. Namun, uap bensin bukan sekadar bau; ia adalah campuran kompleks zat kimia yang memiliki implikasi signifikan terhadap lingkungan, kesehatan manusia, dan efisiensi mesin kendaraan.
Bensin adalah cairan yang sangat mudah menguap (volatil) pada suhu kamar karena strukturnya yang terdiri dari rantai hidrokarbon ringan. Proses penguapan terjadi ketika molekul-molekul pada permukaan cairan memiliki energi kinetik yang cukup untuk lepas menjadi fase gas. Komponen utama dalam uap bensin meliputi benzena, toluena, xilena, dan etilbenzena—senyawa organik volatil (VOCs).
Pelepasan uap ini terjadi di berbagai titik: saat bensin disimpan dalam tangki kendaraan, saat dituang dari dispenser ke tangki mobil, atau bahkan dari kebocoran kecil pada sistem bahan bakar. Semakin tinggi suhu lingkungan, laju penguapan akan semakin cepat, menyebabkan konsentrasi uap di udara meningkat.
Dampak lingkungan dari uap bensin sering kali diremehkan dibandingkan dengan emisi gas buang knalpot. Namun, uap bensin adalah kontributor utama polusi udara sekunder. Ketika VOCs ini dilepaskan ke atmosfer, mereka bereaksi dengan nitrogen oksida (NOx) di bawah sinar matahari melalui serangkaian reaksi fotokimia. Hasil dari reaksi ini adalah pembentukan ozon troposferik (ozon di permukaan tanah).
Ozon di permukaan tanah adalah komponen kunci dalam pembentukan kabut asap (smog) perkotaan. Smog ini tidak hanya mengurangi jarak pandang tetapi juga sangat berbahaya bagi ekosistem dan tanaman. Regulasi ketat mengenai sistem penangkapan uap (Vapor Recovery System) di stasiun pengisian bahan bakar diterapkan secara global justru untuk meminimalkan pelepasan VOCs ini ke atmosfer.
Paparan jangka pendek terhadap konsentrasi uap bensin yang tinggi dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan. Gejala neurologis ringan seperti pusing, sakit kepala, dan mual juga umum terjadi. Bagi individu yang sangat sensitif, paparan singkat pun bisa menimbulkan ketidaknyamanan signifikan.
Namun, kekhawatiran terbesar terletak pada komponen spesifik di dalamnya, terutama Benzena. Benzena diklasifikasikan sebagai karsinogen manusia yang terbukti. Paparan kronis terhadap uap bensin, meskipun dalam konsentrasi rendah secara berkelanjutan (misalnya bagi pekerja yang sering terpapar tanpa pelindung yang memadai), dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan darah, termasuk leukemia. Inilah mengapa penting bagi pekerja SPBU dan teknisi otomotif untuk selalu menggunakan ventilasi yang baik dan peralatan pelindung diri (APD) yang sesuai saat menangani bensin.
Industri otomotif dan energi telah mengembangkan berbagai teknologi untuk mengendalikan emisi uap bensin. Salah satu sistem paling umum adalah Evaporative Emission Control System (EVAP) pada kendaraan modern. Sistem EVAP bekerja dengan menangkap uap bensin yang dihasilkan di dalam tangki bahan bakar dan mengalirkannya ke charcoal canister (tabung berisi karbon aktif). Karbon ini menyerap hidrokarbon tersebut. Ketika mesin dihidupkan dan mencapai suhu operasi yang tepat, sistem akan menguras (purge) uap yang terserap ke dalam intake manifold untuk dibakar bersama campuran udara dan bahan bakar lainnya, sehingga tidak terlepas ke lingkungan.
Selain itu, di fasilitas pengisian, sistem Stage I and Stage II Vapor Recovery memastikan bahwa uap yang keluar dari tangki mobil saat pengisian dikembalikan ke tangki penyimpanan SPBU atau diolah sebelum dilepaskan. Inovasi ini menunjukkan komitmen industri untuk mengurangi jejak karbon dan dampak kesehatan dari komponen bahan bakar yang mudah menguap ini. Memahami uap bensin adalah langkah pertama menuju penanganan bahan bakar yang lebih aman dan ramah lingkungan.