Surat At Taubah (التَّوْبَة), yang berarti "Taubat" atau "Pengampunan", adalah surat ke-9 dalam Al-Qur'an dan merupakan salah satu surat Madaniyah yang memiliki kekhasan tersendiri. Keunikan utama surat ini adalah ia tidak diawali dengan kalimat pembuka Basmalah ("Bismillahirrahmanirrahim"). Para ulama menafsirkan hal ini karena Surat At Taubah turun setelah peristiwa penaklukkan Makkah dan berhubungan erat dengan pengumuman pembatalan perjanjian dengan kaum musyrikin, yang membutuhkan ketegasan dan penekanan langsung dari Allah SWT.
Surat ini secara substansial membahas tentang perjanjian-perjanjian yang telah dibuat antara kaum Muslimin dengan kaum musyrikin, seruan untuk berlepas diri dari perjanjian yang tidak jujur, serta kewajiban untuk berjihad membela agama Allah. Di dalamnya terdapat perintah untuk melakukan tabayyun (klarifikasi) dan menguji keimanan mereka yang ragu-ragu. Meskipun fokus utamanya adalah peperangan dan pengumuman, surat ini juga memuat ayat-ayat penting mengenai taubat yang tulus, zakat, dan pentingnya persaudaraan seiman.
Berikut adalah beberapa ayat kunci dari Surat At Taubah untuk memberikan gambaran isi surat ini:
Surat At Taubah memiliki konteks historis yang sangat kuat terkait dengan implementasi hukum Islam pasca-Fathu Makkah (Penaklukkan Makkah). Setelah Makkah jatuh ke tangan Muslimin, masih ada beberapa suku Arab yang terikat kontrak damai dengan Nabi Muhammad SAW, namun mereka seringkali melanggar janji tersebut, terutama saat terjadi Perang Tabuk melawan Romawi. Surat ini menjadi semacam "deklarasi kemerdekaan" agama, mengharuskan pemutusan hubungan politik dan militer dengan pihak-pihak yang secara konsisten menunjukkan permusuhan terhadap Islam.
Pesan sentralnya bukanlah ajakan untuk berperang tanpa alasan, melainkan penegasan konsekuensi dari pengkhianatan dan pentingnya kejujuran dalam perjanjian, baik dalam konteks sipil maupun militer. Ayat-ayat yang berbicara tentang jihad di sini selalu dibingkai dalam konteks membela kebenaran dan melindungi kebebasan beribadah.
Meskipun bahasanya keras dalam konteks peperangan dan pembatalan perjanjian, surat ini secara paralel menegaskan kembali nilai tertinggi yaitu taubat. Allah SWT membuka pintu ampunan bagi siapa saja, bahkan yang pernah melakukan kesalahan besar (seperti kaum munafik yang menolak ikut Perang Tabuk), asalkan mereka sungguh-sungguh menyesali perbuatan mereka dan berniat memperbaiki diri di masa depan. Ini menunjukkan bahwa Islam selalu mengutamakan rahmat dan kesempatan kedua bagi hamba-Nya yang bertaubat dengan tulus, sebagaimana ditegaskan dalam ayat 118 yang telah dikutip di atas.
Oleh karena itu, mempelajari Surat At Taubah secara keseluruhan memberikan wawasan mendalam tentang tata kelola negara Islam di masa awal, pentingnya konsistensi iman, dan universalitas konsep pengampunan ilahi. Surat ini mengajarkan keseimbangan antara ketegasan dalam prinsip (al-haqq) dan kelembutan dalam menerima kembali mereka yang kembali (ar-rahmah). Total surat ini terdiri dari 129 ayat.