Surat At-Taubah, yang merupakan surat Madaniyah terakhir, penuh dengan pelajaran penting mengenai peperangan, kejujuran, dan integritas iman. Salah satu ayat yang sarat makna dan sering menjadi bahan perenungan mendalam adalah ayat ke-81. Ayat ini secara spesifik menyoroti kisah sebagian kaum munafik yang berpaling dari perintah Rasulullah SAW untuk berjihad di medan perang Tabuk.
Teks dan Terjemahan Ayat 81 At-Taubah
Ayat ini dimulai dengan teguran keras terhadap mereka yang memilih kesenangan duniawi daripada memenuhi panggilan suci di jalan Allah. Berikut adalah teks dan terjemahannya untuk mendapatkan pemahaman yang utuh:
Artinya: "Orang-orang yang tertinggal itu merasa senang dengan tinggal di belakang Rasulullah SAW, dan mereka tidak menyukai berperang dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Dan mereka berkata, 'Janganlah kamu berangkat dalam panas [terik].' Katakanlah, 'Api neraka Jahannam itu lebih hebat panasnya,' seandainya mereka memahaminya." (QS. At-Taubah: 81)
Konteks Historis: Perang Tabuk
Ayat ini turun terkait peristiwa Perang Tabuk, sebuah ekspedisi besar pada masa sulit di mana umat Islam harus melakukan perjalanan jauh menuju perbatasan Syam (sekarang Yordania) untuk menghadapi ancaman besar dari Romawi Bizantium. Musim yang dipilih adalah musim panas yang sangat terik, menambah beratnya perjuangan logistik dan fisik. Dalam kondisi ini, terdapat sekelompok orang yang menunjukkan kemunafikan mereka. Mereka mencari alasan remeh—seperti panas—untuk menghindari kewajiban mulia berjihad.
Penting untuk digarisbawahi bahwa keberatan mereka bukan hanya soal kenyamanan fisik, melainkan indikasi dari penyakit hati. Mereka lebih mengutamakan kenyamanan sesaat di rumah daripada menjaga kehormatan agama dan membela komunitas Muslim yang tengah menghadapi potensi ancaman besar.
Dua Bentuk Penolakan Iman
Surat At-Taubah ayat 81 mengungkap dua dimensi penolakan atau kemunafikan yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Pertama, mereka merasa senang dengan tinggal di belakang Rasul. Ini menunjukkan kepuasan diri dalam ketiadaan partisipasi aktif dalam perjuangan. Mereka merasa nyaman berada dalam zona aman, terlepas dari tanggung jawab kolektif. Sikap ini adalah sebuah kemunduran spiritual.
Kedua, mereka secara eksplisit tidak menyukai berjihad dengan harta dan jiwa. Jihad di sini dipahami sebagai pengorbanan total. Mereka bersedia mempertahankan harta dan jiwa mereka untuk kepentingan duniawi, namun enggan menggunakannya untuk tujuan yang lebih tinggi, yaitu jalan Allah. Inilah inti permasalahan yang ditegur oleh Allah SWT.
Kontras Panas Duniawi dan Panas Akhirat
Puncak dari teguran dalam ayat ini terletak pada respons tegas Rasulullah SAW: "Katakanlah, 'Api neraka Jahannam itu lebih hebat panasnya,' seandainya mereka memahaminya."
Kelompok yang menolak berangkat karena panas terik musim panas menunjukkan pemikiran jangka pendek. Rasulullah SAW mengingatkan mereka bahwa panas yang mereka rasakan hanyalah setetes dari lautan panas yang sesungguhnya. Perbandingan ini bukan sekadar retorika, melainkan sebuah peringatan fundamental. Neraka Jahannam adalah konsekuensi permanen dari pilihan mereka yang mengutamakan kenyamanan temporer daripada ketaatan mutlak kepada Sang Pencipta.
Frasa kunci "seandainya mereka memahaminya" menunjukkan bahwa masalah utama mereka adalah kurangnya kedalaman pemahaman (tafaqquh) tentang realitas akhirat. Jika mereka benar-benar meyakini kengerian siksa akhirat, niscaya panas di dunia akan terasa sangat ringan dan mudah dihadapi. Pemahaman ini adalah pembeda antara mukmin sejati dan orang yang hanya mengaku beriman.
Pelajaran Keikhlasan dan Prioritas
Kajian mendalam surat At-Taubah ayat 81 mengajarkan kita tentang pentingnya menguji keikhlasan iman. Iman sejati akan terbukti ketika ada panggilan untuk berkorban, baik itu waktu, tenaga, maupun harta. Ayat ini menuntut umat Islam untuk senantiasa mengevaluasi prioritas hidup: Apakah kita lebih takut kehilangan kenyamanan duniawi sesaat, atau kita lebih takut kehilangan rahmat dan menghadapi murka Allah SWT di akhirat?
Ayat ini menjadi pengingat abadi bahwa kemudahan dan kemakmuran sering kali menjadi ujian tersembunyi yang dapat melunakkan semangat jihad dan pengorbanan dalam diri seorang hamba. Memahami ayat ini adalah langkah awal untuk menguatkan komitmen totalitas kita kepada ajaran agama, tanpa kompromi demi kesenangan sesaat.
--- Akhir Kajian ---