Hikmah di Balik Surat At-Taubah Ayat 70-75

Pengantar

Surat At-Taubah, yang juga dikenal sebagai Bara'ah, adalah surat Madaniyah terakhir yang diturunkan. Ayat-ayat 70 hingga 75 dari surat ini menyajikan teguran keras sekaligus peringatan tegas Allah SWT kepada orang-orang munafik dan mereka yang menolak kebenaran, sekaligus memberikan harapan bagi mereka yang tulus bertaubat. Memahami konteks historis dan makna mendalam dari ayat-ayat ini sangat penting untuk menguatkan keimanan dan membedakan antara loyalitas sejati dan kemunafikan tersembunyi.

Ayat-ayat ini umumnya diturunkan dalam konteks perang Tabuk, di mana banyak orang menunjukkan sikap ragu-ragu dan berpura-pura sakit demi menghindari kewajiban berjihad di jalan Allah. Peristiwa ini menyingkap sifat asli hati manusia ketika dihadapkan pada ujian besar.

Tafsir & Renungan Ilustrasi kontemplasi atas wahyu ilahi

Ayat 70: Konsekuensi Kemunafikan

Ayat 70 dimulai dengan peringatan keras bagi generasi sebelumnya yang menolak kebenaran.

لَمْ يَأْتِكُمْ نَبَأُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ قَوْمِ نُوحٍ وَعَادٍ وَثَمُودَ وَالَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ ۖ لَا يَعْلَمُهُمْ إِلَّا اللَّهُ ۚ جَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَرَدُّوا أَيْدِيَهُمْ فِي أَفْوَاهِهِمْ وَقَالُوا إِنَّا كَفَرْنَا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ وَإِنَّا لَفِي شَكٍّ مِمَّا تَدْعُونَنَا إِلَيْهِ مُرِيبٍ
"Belumkah sampai kepadamu berita orang-orang yang sebelum kamu, (yaitu) kaum Nuh, kaum 'Aad, kaum Tsamud, dan orang-orang (pembangkang) setelah mereka? Tidak ada yang mengetahui mereka kecuali Allah. Ketika rasul-rasul mereka datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka mengembalikan tangannya ke mulut mereka (menghina) seraya berkata, 'Sesungguhnya kami kafir terhadap apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya, dan sesungguhnya kami benar-benar dalam keraguan yang mendalam terhadap apa yang kamu serukan kepada kami.'" (QS. At-Taubah: 70)

Allah mengingatkan kaum munafik Madinah bahwa nasib umat-umat terdahulu yang mendustakan rasul telah tercatat. Kaum Nuh, 'Aad, dan Tsamud telah menerima bukti jelas (mukjizat), namun mereka memilih untuk menolak, bahkan sampai pada tahap menutup mulut (menghina) para rasul. Ini adalah gambaran puncak penolakan terhadap wahyu ilahi.

Ayat 71 & 72: Kontras Antara Mukmin dan Munafik

Ayat-ayat selanjutnya menjelaskan pemisahan yang jelas antara nasib orang beriman sejati dan orang munafik.

قَالَتْ رُسُلُهُمْ أَفِي اللَّهِ شَكٌّ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ يَدْعُوكُمْ لِيَغْفِرَ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُؤَخِّرَكُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى ۚ قَالُوا إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُنَا تُرِيدُونَ أَنْ تَصُدُّونَا عَمَّا كَانَ آبَاؤُنَا يَعْبُدُونَ فَأْتُونَا بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ (71) قَالَتْ لَهُمْ رُسُلُهُمْ إِنْ نَحْنُ إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَمُنُّ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَمَا كَانَ لَنَا أَنْ نَأْتِيَكُمْ بِسُلْطَانٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ (72)
"Para rasul mereka berkata, 'Apakah kamu ragu terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi?' Dia memanggil kamu untuk (mengampuni) dosa-dosamu dan menangguhkan (azab)mu sampai waktu yang ditentukan.' Mereka menjawab, 'Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami, yang ingin menghalang-halangi kami dari (menyembah) apa yang disembah oleh nenek moyang kami, maka datangkanlah kepada kami bukti yang nyata.' (71) Rasul-rasul mereka berkata, 'Kami hanyalah manusia biasa seperti kamu, tetapi Allah memberi karunia kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Kami tidak mempunyai kuasa mendatangkan bukti kepada kamu melainkan dengan izin Allah. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang beriman bertawakal.'" (QS. At-Taubah: 71-72)

Inti dari perdebatan ini adalah penekanan bahwa Allah adalah Sang Pencipta alam semesta, bukan entitas yang patut diragukan. Respons kaum kafir adalah generalisasi bahwa para rasul hanyalah manusia biasa yang ingin mengubah tradisi nenek moyang mereka. Para rasul kemudian menegaskan bahwa mukjizat datang atas izin Allah, dan orang beriman sejati hanya bertawakal kepada-Nya. Ini menjadi pelajaran bahwa penolakan seringkali berakar pada kesombongan dan keterikatan buta pada tradisi.

Ayat 73 & 74: Ancaman bagi Kaum Kafir dan Pengkhianat

Ayat 73 merupakan perintah tegas kepada Nabi Muhammad SAW untuk berjihad melawan orang-orang kafir dan munafik.

وَمَا لَنَا أَلَّا نَتَوَكَّلَ عَلَى اللَّهِ وَقَدْ هَدَانَا سُبُلَنَا ۚ وَلَنَصْبِرَنَّ عَلَىٰ مَا أَوْذِيتُمْ بِهِ ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُونَ (73) وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِرُسُلِهِمْ لَنُخْرِجَنَّكُمْ مِنْ أَرْضِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا ۖ قَالَ أَعَاوَدُنَا بَعْدَ إِذْ نَجَّانَا اللَّهُ مِنْهَا وَلَا يَكُونُ لَنَا أَنْ نَعُودَ فِيهَا إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّنَا ۗ وَسِعَ رَبُّنَا كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا ۚ عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا ۚ رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِينَ (74)
"Mengapa kami tidak akan bertawakal kepada Allah, padahal sesungguhnya Dia telah menunjukkan jalan-jalan (untuk mencapai) keselamatan kami? Dan kami sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakal itu bertawakal." (73) Dan orang-orang yang kafir berkata kepada rasul-rasul mereka, 'Kami pasti akan mengusir kamu dari negeri kami, atau kamu benar-benar harus kembali kepada agama kami.' Rasul mereka menjawab, 'Apakah (kami akan kembali) kepada agama kamu, padahal Allah telah menyelamatkan kami darinya? Kami tidak patut kembali kepadanya kecuali jika Allah, Tuhan kami, menghendaki. Ilmu Tuhan kami meliputi segala sesuatu. Hanya kepada Allah kami bertawakal.' Ya Tuhan kami, berilah keputusan yang adil antara kami dan kaum kami, dan Engkaulah sebaik-baik pemberi keputusan.'" (QS. At-Taubah: 73-74)

Ayat 73 memperkuat sikap para rasul dan pengikutnya: karena Allah telah memberi petunjuk, maka mereka berhak penuh untuk bertawakal dan bersabar menghadapi ancaman. Ayat 74 menunjukkan ancaman pengusiran yang dilontarkan oleh kaum kafir. Respons tegas para rasul menegaskan bahwa mereka tidak akan pernah kembali pada kesesatan setelah Allah memberi hidayah. Permohonan agar Allah menjadi hakim adalah puncak dari kepasrahan total.

Ayat 75: Peringatan Keras Bagi yang Bersumpah Palsu

Ayat terakhir dalam rentetan ini secara spesifik ditujukan kepada kaum munafik Madinah yang berpura-pura bersedekah atau berjihad.

فَفَرِيقًا مِنْهُمْ أَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ حَتَّى أَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ خَامِدِينَ (75)
"Maka sebagian dari mereka telah dibinasakan oleh suara keras (halilintar/guncangan), dan sebagian yang lain ada yang sengaja keluar (dari kaumnya karena ketakutan) hingga mereka menjadi orang-orang yang menyesal (karena berpura-pura)." (QS. At-Taubah: 75)

Ayat ini memberikan gambaran tentang balasan langsung bagi kelompok munafik yang tertangkap ketidakjujuran mereka. Beberapa di antara mereka dihancurkan oleh azab (seperti guncangan bumi atau petir keras, sebagaimana terjadi pada sebagian dari mereka yang menolak berangkat ke Tabuk), sementara yang lain lari dari kaumnya karena malu dan ketakutan, menjadi orang yang menyesali kemunafikannya karena ketahuan. Ini adalah penutup yang menggarisbawahi pentingnya kejujuran niat dalam beriman.

Pelajaran Utama

Kisah dalam Surat At-Taubah ayat 70-75 mengajarkan beberapa prinsip fundamental: Pertama, kebenaran akan selalu berhadapan dengan penolakan, sebagaimana dialami para nabi terdahulu. Kedua, pertahanan terbaik orang beriman adalah tawakal total kepada Allah, Sang Pencipta. Ketiga, kemunafikan memiliki konsekuensi yang berat, baik berupa azab langsung maupun penyesalan mendalam. Ayat-ayat ini menuntut setiap muslim untuk memeriksa keikhlasan niatnya, terutama dalam menghadapi kewajiban agama dan ujian hidup.