Fokus pada Surah At-Taubah Ayat 24

Sebuah Peringatan Tentang Prioritas dalam Beragama

Ilustrasi Hati dan Timbangan LOVE ALLAH Prioritas

Teks Ayat dan Terjemahan

قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Terjemahan: Katakanlah: "Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya, dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik." (QS. At-Taubah: 24)

Makna Inti dari Peringatan Agung

Surah At-Taubah, yang juga dikenal sebagai Surah Bara'ah (Pelepasan), berisi banyak sekali ayat yang menekankan pentingnya loyalitas total kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, terutama dalam konteks perjuangan dan tantangan di masa awal Islam. Ayat ke-24 adalah salah satu ayat yang paling tegas dan lugas dalam menetapkan hierarki kecintaan. Ayat ini bukan sekadar anjuran, melainkan sebuah ujian mendasar terhadap keimanan seorang Muslim.

Ayat ini menyajikan daftar lengkap 'kekayaan duniawi' yang sangat dicintai oleh manusia secara naluriah. Daftar tersebut mencakup tujuh kategori utama: keluarga (orang tua, anak, saudara), pasangan hidup (istri), sanak saudara (kaum kerabat), harta benda yang dikumpulkan, profesi atau perdagangan yang memberikan keuntungan, serta tempat tinggal yang nyaman dan memberikan rasa aman. Semua elemen ini adalah hal yang wajar dicintai manusia; mereka adalah hakikat kehidupan duniawi yang halal.

Keseimbangan dan Prioritas Tertinggi

Inti dari Surah Taubah ayat 24 adalah perbandingan kuantitas cinta. Allah tidak mengharamkan kecintaan pada keluarga atau harta, tetapi menempatkan batasan mutlak: apakah kecintaan tersebut melebihi cinta kepada Allah, Rasul-Nya, dan perjuangan (jihad) di jalan-Nya? Jika salah satu dari tujuh hal duniawi tersebut diletakkan di posisi lebih tinggi daripada ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, maka status keimanan seseorang dipertanyakan.

Kata kunci dalam ayat ini adalah 'jihad fi sabilillah' (berjuang di jalan Allah). Dalam konteks turunnya ayat ini, jihad seringkali merujuk pada pengorbanan fisik dan harta benda untuk membela kebenaran dan menyebarkan risalah Islam. Namun, dalam konteks modern, makna jihad diperluas mencakup perjuangan melawan hawa nafsu, perjuangan dalam menegakkan keadilan, serta pengorbanan waktu dan sumber daya demi tujuan Islam.

Konsekuensi dari Keterikatan Duniawi

Ayat ini diakhiri dengan peringatan keras: "maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Ini adalah ancaman serius. Ketika seseorang menjadikan urusan dunia sebagai prioritas tertinggi, ia secara otomatis menempatkan dirinya di luar bimbingan ilahi, yang disimpulkan dengan frasa penutup: "Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik."

Fasik secara bahasa berarti keluar atau melanggar batas. Dalam konteks ayat ini, fasik merujuk pada mereka yang secara sadar keluar dari batasan ketaatan ilahi demi mengejar kesenangan atau keuntungan duniawi yang fana. Ayat ini menuntut introspeksi mendalam: Apakah setiap keputusan hidup, besar maupun kecil, didasarkan pada keridhaan Allah, ataukah sering kali dibayangi oleh pertimbangan keuntungan pribadi atau kenyamanan duniawi? Surah At-Taubah ayat 24 berfungsi sebagai pengingat abadi bahwa kebahagiaan sejati terletak pada penyerahan diri yang tanpa syarat kepada Sang Pencipta.