Dalam lautan ayat-ayat suci Al-Qur'an, terdapat permata-permata hikmah yang tak ternilai harganya. Salah satu ayat yang seringkali membangkitkan kekaguman dan refleksi mendalam adalah Surah Al-Qamar ayat 10. Ayat ini bukan sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah panggilan untuk merenungi kebesaran Ilahi, kebenaran wahyu-Nya, dan konsekuensi dari keingkaran manusia. Mari kita kupas tuntas makna di balik ayat ini, serta relevansinya bagi kehidupan kita.
فَإِذَا جَاءَتْهُمُ ٱلْآيَةُ قَالُوا۟ هَـٰذَا سِحْرٌ مُّبِينٌ
"Maka ketika azab Kami datang kepada mereka, tiba-tiba mereka melihatnya sebagai sihir yang nyata." (QS. Al-Qamar: 34)
Tunggu sebentar, ada kekeliruan dalam penyampaian. Fokus kita adalah Surah Al-Qamar ayat 10. Mari kita perbaiki. Ayat yang benar adalah:
وَقَالَ ٱلرَّسُولُ يَـٰرَبِّ إِنَّ قَوْمِى ٱتَّخَذُوا۟ هَـٰذَا ٱلْقُرْءَانَ مَهْجُورًا
"Dan berkatalah Rasul, 'Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Qur'an ini diabaikan.'" (QS. Al-Qamar: 10)
Ayat kesepuluh dari Surah Al-Qamar ini merupakan penegasan dari kelanjutan kisah kaum-kaum terdahulu yang mendustakan para rasul dan wahyu Allah. Ayat ini secara spesifik menggambarkan keluhan dan pengaduan seorang Rasul kepada Tuhannya mengenai sikap umatnya. Siapa Rasul yang dimaksud di sini? Mayoritas mufasir menyebutkan bahwa Rasul ini adalah Nabi Muhammad SAW, yang sedang menghadapi penolakan dan pengabaian yang luar biasa dari kaumnya sendiri terhadap risalah yang dibawanya, yaitu Al-Qur'an.
Frasa "menjadikan Al-Qur'an ini diabaikan" (اتَّخَذُوا۟ هَـٰذَا ٱلْقُرْءَانَ مَهْجُورًا) memiliki makna yang sangat dalam. Pengabaian ini tidak hanya bersifat fisik, seperti tidak mau membaca atau mendengar ayat-ayatnya. Pengabaian yang sesungguhnya adalah pengabaian terhadap maknanya, hukum-hukumnya, perintah-perintahnya, larangannya, serta petunjuk-petunjuknya. Ini berarti mereka tidak menjadikan Al-Qur'an sebagai sumber hukum, pedoman hidup, atau landasan dalam setiap aspek kehidupan mereka. Mereka mungkin mendengarnya, bahkan menghafalnya, tetapi tidak mengamalkannya.
Keluhan Rasul ini menunjukkan betapa beratnya beban dakwah yang dipikul oleh para nabi dan rasul. Mereka berjuang keras untuk menyampaikan kebenaran, membimbing umat menuju jalan yang lurus, namun seringkali disambut dengan penolakan, cemoohan, bahkan permusuhan. Pengaduan ini bukanlah ungkapan keputusasaan, melainkan bentuk pertanggungjawaban seorang utusan kepada Sang Pemberi Utusan. Ia melaporkan realitas yang dihadapinya, sekaligus menunjukkan betapa berharganya risalah yang ia bawa dan betapa merugikannya sikap pengabaian umatnya.
Pengabaian terhadap Al-Qur'an memiliki konsekuensi yang sangat serius, baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia, umat yang mengabaikan Al-Qur'an akan kehilangan cahaya petunjuk, sehingga mudah tersesat dalam kegelapan kebodohan dan kezaliman. Mereka akan terpecah belah, lemah, dan mudah dikuasai oleh musuh-musuh Islam. Kesejahteraan dan kebahagiaan hakiki tidak akan pernah mereka raih karena jauh dari sumber kebahagiaan yang sejati.
Di akhirat, pengabaian ini akan mendatangkan penyesalan yang mendalam. Rasulullah SAW sendiri dalam hadits lain bersabda, "Al-Qur'an itu akan datang pada Hari Kiamat, lalu ia akan berkata, 'Wahai Tuhanku, usirlah dia dari neraka.' Lalu Allah berfirman, 'Alangkah buruknya teman di neraka itu!'. Lalu ia berkata lagi, 'Wahai Tuhanku, masukkanlah dia ke dalam surga.' Maka Allah berfirman, 'Itulah surga, dan apa pun yang engkau inginkan di dalamnya'." (HR. Ahmad). Ini menunjukkan bahwa Al-Qur'an memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah, dan orang yang mengabaikannya akan kehilangan syafaat dan pertolongan dari kitab sucinya itu.
Surah Al-Qamar ayat 10 adalah sebuah pengingat abadi bagi seluruh umat Islam. Di era modern ini, tantangan terhadap Al-Qur'an datang dalam berbagai bentuk. Ada yang secara terang-terangan menolak kebenarannya, ada yang mempermainkannya dengan tafsir yang menyimpang, dan yang paling umum adalah mengabaikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Marilah kita renungkan kembali, sejauh mana kita menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup? Apakah kita membacanya dengan tadabbur? Apakah kita memahami makna setiap ayatnya? Apakah kita berusaha mengamalkan perintah dan menjauhi larangan-Nya? Atau justru kita lebih disibukkan oleh urusan duniawi yang melalaikan kita dari kewajiban mempelajari dan mengamalkan Al-Qur'an?
Ayat ini mengajak kita untuk kembali menjadikan Al-Qur'an sebagai pusat kehidupan kita. Ia adalah kitab mukjizat yang kekal, sumber kebahagiaan dunia akhirat, dan cahaya yang akan menuntun kita menuju ridha Allah SWT. Jangan sampai kita menjadi bagian dari kaum yang "menjadikan Al-Qur'an ini diabaikan", karena penyesalan di hari kemudian pasti akan datang. Jadikanlah Al-Qur'an sebagai teman setia, guru terbaik, dan hakim yang adil dalam setiap langkah kehidupan kita.