Dalam samudra luas Al-Qur'an, terdapat ayat-ayat yang memukau hati dan membuka cakrawala pemahaman kita tentang kebesaran Sang Pencipta. Salah satunya adalah Surah Az Zariyat ayat 22, sebuah ayat yang singkat namun sarat makna, mengajak kita merenungkan ciptaan-Nya yang tak terhingga, khususnya di alam langit dan bumi. Ayat ini bukan sekadar bacaan, melainkan sebuah undangan untuk tadabbur, menyelami hikmah di balik setiap fenomena alam yang tersaji di hadapan kita.
Surah Az Zariyat ayat 22 berbunyi:
"Dan di langit ada (sebab) rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu."
Ayat ini secara gamblang menghubungkan dua hal yang fundamental dalam kehidupan manusia: rezeki dan janji-janji ilahi. Pengaitannya dengan langit sebagai sumber atau tempatnya memiliki dimensi yang sangat dalam. Langit, dengan segala misteri dan keajaibannya, menjadi simbol kekuasaan Allah yang tak terbatas. Dari sanalah segala sesuatu diturunkan, baik yang bersifat materiil maupun spiritual.
Ketika berbicara tentang rezeki, seringkali kita mengaitkannya dengan usaha di bumi. Namun, Surah Az Zariyat ayat 22 mengingatkan kita bahwa sumber hakiki rezeki itu berasal dari Allah, dan langit adalah salah satu manifestasi dari kekuasaan-Nya dalam mendistribusikan karunia tersebut. Hujan yang menyuburkan tanah, cahaya matahari yang menghidupi tumbuhan, udara yang kita hirup, semua adalah bentuk rezeki yang turun dari langit. Bahkan, kemudahan dan peluang yang membuka jalan rezeki kita, seringkali datangnya tidak terduga, seolah-olah telah "ditakdirkan" dari atas.
Dalam tafsir klasik maupun kontemporer, ayat ini juga diartikan bahwa segala sesuatu yang dijanjikan oleh Allah, termasuk pahala surga dan balasan atas amal baik, juga telah "disiapkan" atau berada di alam langit. Hal ini menguatkan keyakinan bahwa apa yang telah Allah janjikan pasti akan terwujud. Ini memberikan ketenangan hati bagi orang-orang yang beriman, bahwa perjuangan dan kesabaran mereka di dunia tidak akan sia-sia, karena ada kepastian balasan yang lebih indah menanti.
Pernahkah kita berhenti sejenak untuk mengagumi luasnya langit malam yang bertabur bintang? Atau keindahan gradasi warna saat matahari terbit dan terbenam? Fenomena-fenomena ini bukanlah kebetulan semata. Surah Az Zariyat ayat 22 mengajak kita untuk melihat alam semesta, khususnya langit, sebagai ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda kebesaran Allah). Keharmonisan pergerakan planet, siklus hujan, hingga jarak bintang yang tak terbayangkan, semua adalah bukti nyata akan keagungan dan kebijaksanaan Sang Pencipta.
Dengan merenungkan langit, kita diingatkan akan betapa kecilnya diri kita di hadapan kekuasaan-Nya. Keinginan untuk terus belajar dan memahami alam semesta juga merupakan bagian dari perintah untuk mengamati ciptaan-Nya. Ilmu pengetahuan yang berkembang pesat tentang astronomi dan fisika, seringkali justru semakin memperkuat kekaguman kita pada rancangan alam semesta yang begitu presisi dan teratur.
Menariknya, ayat ini menyandingkan rezeki dengan "apa yang dijanjikan kepadamu". Ini menunjukkan bahwa urusan duniawi (rezeki) dan urusan ukhrawi (janji balasan) adalah dua sisi mata uang yang sama, keduanya berasal dari Allah. Ketika kita menerima rezeki, itu adalah bentuk karunia-Nya di dunia. Dan ketika kita menanti janji surga, itu adalah kepastian balasan-Nya di akhirat. Keduanya saling melengkapi dalam sebuah sistem penciptaan yang sempurna.
Oleh karena itu, marilah kita senantiasa memelihara hubungan baik dengan Allah, melalui ibadah dan ketaatan. Dengan begitu, kita akan lebih mudah melihat bagaimana rezeki mengalir dalam berbagai bentuk, dan bagaimana janji-janji kebaikan-Nya terwujud dalam kehidupan kita. Surah Az Zariyat ayat 22 adalah pengingat bahwa segala yang baik datang dari sisi-Nya, dan langit adalah salah satu saksi bisu kekuasaan dan kemurahan hati-Nya yang tak bertepi.