Ilustrasi peringatan dan ketidakpercayaan.
Surah At-Taubah (Surah Kesembilan) adalah salah satu surat terpenting dalam Al-Qur'an yang banyak membahas tentang hubungan sosial, peperangan, dan kemunafikan. Ayat ke-64 secara khusus menyoroti sikap orang-orang munafik terhadap dakwah Nabi Muhammad ﷺ dan pentingnya peringatan ilahi.
"Orang-orang munafik itu takut, supaya diturunkan atas mereka suatu surat yang memberitakan kepada mereka apa (isi hati) mereka. Katakanlah: 'Lecehkanlah (ejekanmu itu), sesungguhnya Allah akan menampakkan apa yang kamu takuti-takuti itu." (QS. At-Taubah: 64)
Ayat ini turun dalam konteks periode Madinah, khususnya ketika kaum Muslimin sedang memperkuat basis pemerintahan Islam dan menghadapi tekanan internal maupun eksternal. Fokus utama ayat ini adalah mengungkap tabiat kaum munafik (orang-orang yang berpura-pura Islam namun menyimpan permusuhan di hati mereka).
Ayat 64 ini menggambarkan sebuah skenario psikologis yang mendalam. Para munafik merasa sangat cemas setiap kali turun wahyu baru. Ketakutan mereka bukan pada perintah ibadah atau larangan umum, melainkan pada kemungkinan turunnya surah baru yang secara eksplisit akan membongkar rahasia niat busuk mereka di hadapan Rasulullah ﷺ dan seluruh umat Islam.
Ketakutan mereka sangat beralasan. Dalam ayat-ayat sebelumnya di Surah At-Taubah, Allah SWT telah banyak menyingkap tipu daya dan perilaku mereka, misalnya ketika mereka enggan ikut berjihad atau justru sibuk menyebarkan keraguan.
Setelah menggambarkan ketakutan mendalam kaum munafik, Allah memerintahkan Nabi Muhammad ﷺ untuk memberikan respons yang tegas dan penuh percaya diri: "Katakanlah: 'Lecehkanlah (ejekanmu itu), sesungguhnya Allah akan menampakkan apa yang kamu takuti-takuti itu."
Respons ini memiliki dua implikasi kuat:
Ini adalah penguatan iman bagi orang-orang beriman dan peringatan keras bagi mereka yang hatinya terbagi.
Meskipun konteksnya spesifik pada masa Nabi, pelajaran yang terkandung dalam Surah At-Taubah ayat 64 tetap relevan sepanjang zaman. Ayat ini berbicara tentang kejujuran niat dan bahaya kemunafikan.
Kemunafikan adalah penyakit hati yang jauh lebih berbahaya daripada permusuhan terbuka. Orang munafik hidup di tengah-tengah barisan kaum beriman namun fungsinya adalah merusak dari dalam. Mereka tidak akan pernah merasa aman selama kebenaran diumumkan, sebab kebenaran adalah musuh utama bagi kebohongan yang mereka sembunyikan.
Ayat ini menekankan bahwa tidak ada satu pun isi hati manusia yang tersembunyi dari pengetahuan Allah. Ketakutan orang munafik adalah pengakuan implisit bahwa mereka tahu apa yang mereka lakukan salah, dan mereka tahu bahwa Allah Maha Tahu. Ini mendorong setiap Muslim untuk senantiasa meluruskan niat, karena hasil akhir amal ditentukan oleh apa yang ada di dalam hati.
Bagi umat Islam, ayat ini mengajarkan ketenangan. Jika kita berada di pihak yang benar (kebenaran), kita tidak perlu takut pada kritik, ejekan, atau upaya penyembunyian fakta oleh pihak lain. Allah akan menampakkan kebenaran pada waktunya. Sikap yang dituntut adalah ketegasan dan kepercayaan penuh kepada janji Allah, seolah berkata, "Silakan mengejek, karena apa yang kalian khawatirkan akan menimpa kalian, pasti akan terwujud."
Mengamalkan semangat Surah At-Taubah ayat 64 berarti memilih jalan kebenaran secara total, menyadari bahwa integritas batin lebih penting daripada validasi sosial sementara yang palsu.
Melalui ayat ini, Allah menunjukkan bahwa proses penegakan kebenaran memang akan selalu diwarnai upaya-upaya pembelotan dan pengkhianatan dari pihak internal, namun janji pertolongan dan penyingkapan kebenaran adalah mutlak bagi mereka yang tulus beriman.