Surah At Taubah (Surah ke-9) adalah surah Madaniyah yang sarat akan pelajaran penting, khususnya mengenai hubungan sosial, peperangan, dan kemunafikan. Salah satu ayat yang sering menjadi sorotan adalah ayat ke-48.
"Sesungguhnya mereka telah lama merencanakan perpecahan sejak dahulu dan mereka selalu membuat makar untuk merusakmu, hingga datanglah kebenaran (pertolongan Allah) dan menangirlah urusan Allah, sedang mereka (orang-orang munafik itu) tidak menyukainya." (Secara harfiah, ayat ini merujuk pada upaya mereka untuk membuat kekacauan saat hendak berangkat perang, namun konteks umum lebih luas).
(Catatan: Tafsir umum untuk ayat 48 At Taubah seringkali terkait dengan kisah orang munafik yang mencoba menghalangi kaum muslimin, khususnya saat peristiwa Tabuk. Terjemahan di atas mengikuti konteks umum namun perlu diperhatikan variasi tafsir.)
Ayat ini diturunkan pada masa-masa sulit setelah Perang Uhud, dan secara spesifik sangat relevan dengan peristiwa Perang Tabuk. Kaum munafik, yang dipimpin oleh tokoh seperti Abdullah bin Ubay bin Salul, selalu menunjukkan sikap yang bertentangan dengan kaum mukminin. Meskipun secara lahiriah mereka menyatakan iman, hati mereka penuh dengan keraguan dan niat buruk.
Ayat ini menyingkap akar masalah mereka: yaitu niat buruk yang sudah tertanam sejak lama (لَمْ يَزَالُواْ مِنْ قَبْلُ) untuk menciptakan perpecahan (فِتْنَةً) dan merusak barisan umat Islam. Ketika Rasulullah ﷺ mempersiapkan ekspedisi Tabuk—perjalanan yang sangat berat ke utara untuk menghadapi ancaman Romawi—orang-orang munafik mulai bergerak. Mereka menyebarkan keraguan, mengatakan bahwa cuaca terlalu panas, atau bahwa peperangan itu tidak perlu.
Ayat 48 menegaskan bahwa jika mereka benar-benar keluar bersama Nabi ﷺ dengan niat untuk membuat kekacauan, Allah akan memecah belah mereka sendiri dan menghancurkan rencana mereka secara total (وَلَدَمَّرْنَاهُمۡ دَمۡرًا).
Surah At Taubah ayat 48 memberikan beberapa pelajaran mendasar bagi umat Islam, terutama mengenai dinamika iman dan kemunafikan:
Pemahaman mendalam terhadap ayat ini membantu umat untuk tetap teguh pada prinsip, tidak mudah terpengaruh oleh agitasi internal, dan yakin bahwa pertolongan Allah pasti datang bagi mereka yang berjalan di atas kebenaran dengan niat yang murni.
Bagian penutup ayat tersebut, "dan Allah membinasakan mereka dengan kehancuran yang besar," adalah peringatan keras. Ini bukan hanya sekadar kegagalan rencana mereka; ini adalah penghancuran total (دمرا دمارا). Bahasa yang digunakan sangat kuat, menunjukkan bahwa kehancuran tersebut adalah hukuman langsung dari Ilahi atas pengkhianatan yang disengaja terhadap komunitas dan agama.
Sejarah membuktikan bahwa setiap kali kaum munafikin mencoba menggagalkan misi suci, Allah melindungi Nabi-Nya dan para sahabat, sementara para pelaku rencana tersebut seringkali berakhir dengan kehinaan, baik di dunia maupun di akhirat. Mereka tidak mendapatkan keuntungan apapun dari usaha mereka untuk menghalangi dakwah.